
Dolar Australia Lebih Murah dari Dolar Singapura, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat dolar Singapura terus menguat melawan rupiah di pekan ini, dolar Australia justru melempem. Alhasil, dolar Australia kembali lebih murah ketimbang dolar Singapura.
Melansir data Refintiv, pada pukul 14:33 WIB dolar Australia berada di Rp 10.589,87/AU$, melemah 0,13% melawan rupiah. Di saat yang sama, dolar Singapura berada di Rp 10,609,94/SG$ menguat tipis 0,05%. Sebelumnya, dolar Singapura bahkan sempat menguat 0,33% ke Rp 10,640/SG$ yang merupakan level tertinggi 2 bulan.
Dengan demikian, kurs dolar Australia kembali lebih murah ketimbang Singapura meski selisihnya tidak jauh. Sebelumnya Mata Uang Negeri Kanguru ini lebih mahal ketimbang Mata Uang Negeri Merlion sejak pertengahan Oktober lalu.
Outlook kebijakan moneter menjadi pemicu berbaliknya posisi kedua mata uang ini.
Dolar Australia tertekan di pekan ini akibat sikap super dovish bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA).
RBA dalam pengumuman rapat kebijakan moneter Selasa lalu mempertahankan suku bunga acuan 0,1%, dan program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai AU$ 4 miliar per pekan hingga Februari 2022.
Selain itu, RBA juga membuka peluang kenaikan suku bunga di 2023, tetapi tidak di tahun depan. Hal itu dikatakan menjadi sikap super dovish, sebab pasar melihat peluang suku bunga dinaikkan pada tahun depan cukup besar karena inflasi yang tinggi.
"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).
Sementara itu Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) sudah mengetatkan kebijakan moneternya pada pertengahan Oktober lalu, dan siap untuk melakukannya lagi.
Pada 14 Oktober lalu MAS menaikkan kemiringan (slope) S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate) dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Di pekan ini salah satu pejabat MAS, Ravi Menon, mengatakan otoritas saat ini sedang mengamati tanda-tanda inflasi semakin meningkat dan siap untuk bertindak guna meredamnya.
"Secara keseluruhan, saya akan mengatakan risiko yang dihadapi perekonomian saat ini beralih ke inflasi. Kami akan mengamati dengan seksama risiko inflasi yang semakin tinggi, dan kami siap untuk bertindak," kata Menon dalam wawancara dengan Bloomberg TV, sebagaimana diwartakan The Straits Times, Selasa (2/11).
Alhasil, dolar Australia tertekan melawan rupiah di pekan ini, sementara dolar Singapura terus menanjak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Dolar Singapura Bakal Lebih Mahal dari Dolar Australia
