
Batu Bara Rekor, PTBA Jadi Pencetak Kenaikan Cuan Terbesar

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara merupakan salah satu komoditas vital bagi Indonesia, tidak hanya menyumbang devisa melalui pajak dan royalti yang dibayarkan ke negara, batu bara juga memiliki peran penting dalam elektrifikasi nasional dan masih merupakan sember energi utama dengan biaya rendah.
Meski saat ini sedang mengalami tren penurunan harga, selama setahun terakhir harga batu bara masih terpantau menguat 100% lebih dari posisi akhir tahun lalu yang hanya US$ 81,75/ton. Rekor harga tertinggi dicapai pada 5 Oktober, yakni sebesar US$ 295/ton.
Sementara itu dari dalam negeri Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) juga selalu menajak sejak bulan Maret tahun ini, di mana kala itu HBA tercatat di angka US$ 84,47 dan terakhir bulan Oktober ini harganya mencapai US$ 161,63 per ton, yang berarti dalam kurun waktu kurang dari setahun HBA telah menguat hingga 91,34%.
Kenaikan harga komoditas ini tentu akan berimplikasi positif pada kinerja emiten pertambangan batu bara, menjadi katalis bagi emiten baru bara di semester kedua tahun ini.
Sebenarnya reli panjang penguatan harga batu bara telah tercermin pada laporan keuangan kuartal ketiga emiten batu bara nasional. Dari enam emiten yang telah menerbitkan laporan keuangan kuartal ketiga, semuanya mampu mencatatkan laba bersih dengan kenaikan kinerja laba paling kecil menyentuh dua digit.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), enam emiten batu bara telah menyampaikan kinerja keuangannya untuk kuartal III-2021, masing-masing adalah emiten pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR), PT PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) serta PT Alfa Energi Investama Tbk(FIRE).
Selanjutnya dua emiten lain adalah milik taipan Kiki Barki PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan emiten milik politis senior yang saat ini menjabat sebagai Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, PT TBS Energi Utama (TOBA).
Sebagai catatan PTBA, FIRE dan UNTR laporan keuangannya menggunakan denominasi rupiah, sedangkan tiga emiten lain menggunakan dolar AS. Untuk dapat memberikan gambaran jelas seluruhnya dikonversi ke rupiah menggunakan kurs Rp 14.300/US$.
