Batu Bara Rekor, PTBA Jadi Pencetak Kenaikan Cuan Terbesar

Feri Sandria, CNBC Indonesia
05 November 2021 08:45
PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
Foto: Dok PTBA

Jakarta, CNBC Indonesia - Batu bara merupakan salah satu komoditas vital bagi Indonesia, tidak hanya menyumbang devisa melalui pajak dan royalti yang dibayarkan ke negara, batu bara juga memiliki peran penting dalam elektrifikasi nasional dan masih merupakan sember energi utama dengan biaya rendah.

Meski saat ini sedang mengalami tren penurunan harga, selama setahun terakhir harga batu bara masih terpantau menguat 100% lebih dari posisi akhir tahun lalu yang hanya US$ 81,75/ton. Rekor harga tertinggi dicapai pada 5 Oktober, yakni sebesar US$ 295/ton.

Sementara itu dari dalam negeri Harga Batubara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) juga selalu menajak sejak bulan Maret tahun ini, di mana kala itu HBA tercatat di angka US$ 84,47 dan terakhir bulan Oktober ini harganya mencapai US$ 161,63 per ton, yang berarti dalam kurun waktu kurang dari setahun HBA telah menguat hingga 91,34%.

Kenaikan harga komoditas ini tentu akan berimplikasi positif pada kinerja emiten pertambangan batu bara, menjadi katalis bagi emiten baru bara di semester kedua tahun ini.

Sebenarnya reli panjang penguatan harga batu bara telah tercermin pada laporan keuangan kuartal ketiga emiten batu bara nasional. Dari enam emiten yang telah menerbitkan laporan keuangan kuartal ketiga, semuanya mampu mencatatkan laba bersih dengan kenaikan kinerja laba paling kecil menyentuh dua digit.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), enam emiten batu bara telah menyampaikan kinerja keuangannya untuk kuartal III-2021, masing-masing adalah emiten pelat merah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), emiten Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR), PT PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) serta PT Alfa Energi Investama Tbk(FIRE).

Selanjutnya dua emiten lain adalah milik taipan Kiki Barki PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan emiten milik politis senior yang saat ini menjabat sebagai Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, PT TBS Energi Utama (TOBA).

Sebagai catatan PTBA, FIRE dan UNTR laporan keuangannya menggunakan denominasi rupiah, sedangkan tiga emiten lain menggunakan dolar AS. Untuk dapat memberikan gambaran jelas seluruhnya dikonversi ke rupiah menggunakan kurs Rp 14.300/US$.

Salah satu kinerja paling impresif dibukukan oleh emiten batu bara pelat merah yang mencatat pendapatan sebesar Rp 19,38 triliun hingga akhir kuartal ketiga tahun ini. Pendapatan PTBA tersebut naik 51% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 12,85 triliun.

Lebih hebat lagi, laba bersih perusahaan juga dapat terkerek naik hingga 176% menjadi Rp 4,77 triliun dari semula hanya sebesar Rp 1,73 triliun pada akhir September tahun 2020 lalu. Peningkatan laba ini merupakan yang terbesar di antara emiten lain yang telah menyampaikan laporan keuangan.

Peningkatan laba terbesar kedua dibukukan oleh MBAP yang naik 91% menjadi Rp 698,7 miliar. Selanjutnya diikuti oleh emiten milik Kiki Barki yang laba bersih perusahaan meningkat 46% menjadi 536,82%

Emiten milik Menko Marves juga mencatatkan kinerja cemerlang, di mana laba bersih perusahaan tumbuh 16% menjadi Rp 488,63 miliar dari semula hanya Rp 422 miliar. Hal oni terjadi di tengah pendapatan yang hanya meningkat 4%.

Peningkatan laba paling 'kecil' dibukukan oleh FIRE yang tumbuh 11% menjadi Rp 18,66 miliar. Hal ini terjadi salah satunya karena pendapatan perusahaan menyusut 9% menjadi Rp 702,19 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini

Terakhir terdapat konglomerasi Grup Astra yang memiliki gurita bisnis di berbagai sektor, juga memiliki unit pertambangan batu bara melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) yang sahamnya 59,50% dimiliki oleh Astra.

Bisnis tambang baru bara memang bukanlah merupakan segmen bisnis utama UNTR, akan tetapi kontribusi yang diberikan cukup signifikan. Segmen usaha pertambangan batu bara UNTR dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA).

Secara keseluruhan sampai akhir kuartal ketiga, pendapatan UNTR dari semua sektor termasuk batu bara naik 19% menjadi Rp 57,82 triliun dari semula Rp 49,46 triliun pada sembilan bulan awal tahun 2020 lalu. Laba bersih perusahaan juga tercatat mengalami kenaikan hingga 46% menjadi Rp 7,82 triliun dari semula Rp 5,34 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular