Top Gainers

Gaspol! Saham J Trust & Allo Bank Jadi Jawara Bank Mini

Feri Sandria, CNBC Indonesia
03 November 2021 16:30
Allo Bank
Foto: Allo Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank mini atau KBMI (kelompok bank modal inti) I kembali melesat ke zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (3/11/2021).

Salah satu sentimen positif untuk bank mini, termasuk bank mini yang sedang berproses menjadi bank digital, adalah kabar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang pada akhir Oktober lalu meluncurkan cetak biru transformasi digital perbankan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional.

Data BEI mencatat, saham PT Bank J Trust Indonesia (BCIC) menjadi yang paling melesat, yang naik 9,77% hari ini disusul oleh PT Allo Bank Indonesia (BBHI) yang harga sahamnya juga mampu melesat naik hingga 9,66%

Berikut sembilan saham-saham bank mini yang ditutup di zona hijau, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada akhir perdagangan sesi II hari ini.

1. Bank Jtrust Indonesia (BCIC), saham +9,77%, ke Rp 146/saham

2. Allo Bank Indonesia (BBHI), +9,66%, ke Rp 6.235/saham

3. BRI Agroniaga (AGRO), +1,48%, ke Rp 2.060/saham

4. Bank Bisnis Internasional (BBSI), +0,84%, ke Rp 6.000/saham

5. Bank Woori Saudara Indonesia (SDRA), +0.79%, ke Rp 635/saham

6. Bank Artha Graha Internasional (INPC), +0,75%, ke Rp 135/saham

7. Bank Neo Commerce (BBYB), +0,72%, ke Rp 1.405/saham

8. Bank Jago (ARTO), +0,65 ke Rp 15.400/saham

9. Bank Ganesha (BGTG), +0,54%, ke Rp 186/saham.

Adapun delapan emiten bank mini stagnan alias tidak mengalami perubahan harga, sedangkan tujuh emiten lain tercatat ditutup di zona merah, dengan bank milik Grup Salim merupakan emiten yang kinerja sahamnya tertekan paling dalam. Bank Ina Perdana (BINA) tercatat ambles 4,49% pada perdagangan hari ini.

Menurut data di atas, saham BCIC menjadi yang paling melesat, yakni 9,77% ke Rp 146/saham. Dalam sepekan saham BCIC anjlok 15,61%, sementara dalam sebulan ambles 25,89%.

Menyusul dengan kenaikan yang tidak jauh berbeda ada bank digital milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, Allo Bank Indonesia berhasil melesat 9,66% pada perdagangan hari ini. Kenaikan ini juga merupakan yang tertinggi di antara bank digital lain.

Nilai transaksi di BBHI mencapai Rp 65,57 miliar dan volume perdagangan mencapai 10,27 juta saham.

Di tengah penguatan ini, investor asing melakukan jual bersih (net sell) senilai Rp 8,82 miliar di pasar reguler.

Dengan ini, dalam sepekan, saham BBHI tumbuh 9,21%, sedangkan dalam sebulan melonjak 82,26%. Adapun secara year to date (ytd) atau sejak awal tahun, saham BBHI meroket 2.920%.

Nilai kapitalisasi pasar Bank Allo yang dulu bernama Bank Harda Internasional kini tercatat mencapai Rp 76,23 triliun.

Katalis positif yang mengerek harga saham BBHI akhir-akhir ini ada tiga hal.

Pertama adalah diperolehnya izin sebagai bank dengan layanan digital onboarding oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kedua, terbitnya cetak biru perbankan digital OJK dan yang ketiga disetujuinya rencana penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan Jumat (15/10).

Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sendiri diluncurkan oleh OJK sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing, dan kontributif.

"Peluncuran Cetak Biru ini merupakan gambaran yang lebih konkret atas berbagai inisiatif dan komitmen OJK dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada perbankan," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana pada Grand Launching Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan di Jakarta, Selasa (26/10).

Cetak Biru ini berfokus pada lima elemen pengembangan digitalisasi perbankan.

Kelimanya yakni, pertama, data yang mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data. Kedua, teknologi yang mencakup tata kelola teknologi informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi.

Ketiga, manajemen risiko teknologi informasi yang mencakup pula keamanan siber bank umum dan alih daya (outsourcing).

Keempat, kolaborasi yang mencakup platform sharing, kerjasama bank dalam ekosistem digital.

Kelima, tatanan institusi yang mencakup dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BBHI Ngacir Nyaris 19%, Sepekan Nyaris 48%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular