Jeblok Terus Jelang Tapering, Awas Rupiah ke Rp 15.000/US$?
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurang dari 12 jam ke depan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneternya. Rupiah sudah mulai merespon sejak awal pekan ini, dan terus mengalami pelemahan melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan Rabu (3/11), rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% di Rp 14.270/US$. Sempat berbalik stagnan, rupiah kemudian berbalik melemah lagi hingga 0,42% ke Rp 14.310. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 1 Oktober lalu.
Di penutupan perdagangan rupiah berada di Rp 14.205/US$ melemah 0,32% di pasar spot. Artinya, Mata Uang Garuda kini sudah melemah 3 hari beruntun, dengan persentase 0,92%.
The Fed diperkirakan akan mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pada Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia.
Tapering yang akan dilakukan The Fed diprediksi membuat rupiah melemah ke Rp 15.000/US$, tetapi sekali lagi tidak akan separah 2013.
Hal ini diungkapkan Chatib Basri, Ekonom Senior yang juga merupakan Mantan Menteri Keuangan saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Jumat (27/8/2021).
"Perkiraan saya karena tapering kalau toh rupiah melemah, itu tidak akan setajam 2013, 2015 atau 2018. Tapi kalau ada kasus lain seperti Covid-19 yang melonjak mungkin bisa di atas 15.000," jelasnya.
Tahun 2013 menjadi situasi yang suram bagi perekonomian Indonesia. Rupiah menjadi salah satu korban keganasan taper tantrum kala itu. Sejak The Fed mengumumkan tapering Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015.
Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%.
Tetapi kali ini situasinya berbeda, fundamental di dalam negeri sudah jauh lebih bagus.
Bank Indonesia (BI) punya cadangan devisa yang cukup besar untuk menstabilkan rupiah.
Pada September 2021, cadangan devisa Indonesia tercatat US$ 146,9 miliar. Melesat US$ 2,1 miliar dari Agustus 2021 dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Kemudian kepemilikan asing atas obligasi Indonesia saat ini juga jauh lebih kecil sekitar 23% dibandingkan tahun 2013 yakni 40%. Artinya ketika capital outflow yang terjadi saat tapering dimulai tidak akan sebesar 2013.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Tapering Sudah Diantisipasi, Rupiah Punya Peluang Menguat?
(pap/pap)