Minat Investor SBSN Melorot Lagi, Hari Ini Cuma Capai Rp 49 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan kembali melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa (2/11/2021) hari ini.
Surat berharga yang dilelang kali ini meliputi seri SPN-S 03052022 (new issuance), PBS031 (reopening), PBS032 (reopening), PBS029 (reopening), dan PBS028 (reopening) melalui sistem lelang Bank Indonesia.
Nilai nominal SBSN yang dimenangkan pemerintah dalam lelang hari ini sebesar Rp 4 triliun, atau sesuai dengan target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 4 triliun.
Dalam proses lelang tersebut, incoming bids yang masuk mengalami penurunan menjadi Rp 48,7 triliun. Padahal pada lelang lelang sebelumnya yang digelar pada tanggal 19 Oktober lalu, incoming bids-nya mencapai Rp 53,4 triliun.
SBSN dengan seri PBS029 kembali menjadi seri yang paling besar incoming bid-nya dibandingkan dengan seri-seri lainnya, dengan proporsi sekitar 30% dari total incoming bids pada lelang hari ini.
Meskipun pemerintah kembali memangkas target indikatif yang ditetapkan, tetap minat investor nyatanya kembali menurun pada lelang hari ini.
Hal ini karena investor lebih berfokus pada membaiknya data aktivitas manufaktur RI, sentimen dari inflasi global dan potensi dimulainya pengurangan pembelian obligasi (tapering) oleh bank sentral Amerikat Serikat (AS) pada pekan ini.
Sebelumnya, IHS Markit mencatat Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) manufaktur RI bulan Oktober naik 5 poin ke 57,2. Dengan kenaikan tersebut PMI manufaktur RI berada di level tertingginya dalam 5 tahun terakhir.
Sementara itu dari sisi inflasi, meskipun inflasi di dalam negeri masih bersifat wajar, tetapi inflasi global yang makin meninggi membuat investor berpikir ulang untuk memburu SBSN.
Sejatinya, jika inflasi suatu negara masih terbilang rendah, maka seharusnya aset pendapatan tetap seperti obligasi negara masih cenderung menarik, karena keuntungan riil (real return) dari imbal hasilnya pun terhitung lebih tinggi.
Tetapi, karena investor melihat inflasi global, maka kemungkinan investor belum kembali memburu SBSN pada lelang hari ini.
Selain dari inflasi, kebijakan tapering yang berpotensi dimulai pada pekan ini juga turut mempengaruhi sikap investor di pasar obligasi negara.
Tapering oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) direncanakan akan dimulai pada Rabu (3/11/2021) besok waktu AS atau Kamis (4/11/2021) dini hari waktu Indonesia, di mana tapering dilakukan secara bertahap hingga pertengahan tahun 2022.
Di lain sisi, meskipun masih tingginya likuiditas dalam negeri dan berkurangnya supply SBN di pasar perdana, namun hal ini sepertinya hanya terjadi di pasar surat utang negara (SUN), bukan di SBSN.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2021 dan masih wajarnya yield SBN di pasar sekunder, meskipun incoming bids SBSN hari ini kembali menurun, maka pemerintah memutuskan untuk tetap menerima hasil lelang SBSN hari ini.
Adapun hasil lelang pada hari ini adalah sebagai berikut
(chd/chd)