
Ringgit-Rupiah Merajai Mata Uang Asia di Bulan Oktober

Selain pandemi Covid-19 yang terkendali, rupiah juga diuntungkan dengan meroketnya harga batu bara di tahun ini. Harga batu bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak 2 bulan ke depan mencatat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 280/ton pada 5 Oktober lalu.
Sejak akhir 2020 hingga ke rekor tersebut, total harga batu bara meroket lebih dari 240%. Meski demikian, sejak mencapai rekor tersebut, harga batu bara berbalik merosot hingga lebih dari 40%.
Selain batu bara, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) juga turun meroket ke rekor tertinggi di tahun ini, meski persentase kenaikannya jauh di bawah batu bara. Sepanjang tahun ini harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia melesat sekitar 40% ke atas 5.300 ringgit per ton.
Batu bara dan CPO merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jumat pekan lalu melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mencatatkan surplus senilai US$ 4,37 miliar. Ini adalah surplus perdagangan selama 17 bulan beruntun.
Berkat neraca perdagangan yang terus surplus, Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi berjalan (current account) juga diprediksi positif di kuartal III-2021.
Transaksi berjalan menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah karena mencerminkan pasokan devisa yang bisa bertahan lama di dalam negeri.
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
"Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
