Ringgit-Rupiah Merajai Mata Uang Asia di Bulan Oktober

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 November 2021 15:03
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS) di bulan Oktober. Terkendalinya penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia memberikan sentimen positif ke rupiah. Selain itu, harga batu bara mendongkrak kinerja rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah mencatat penguatan 1,01% ke Rp 14.165/US$. Bahkan sebelumnya sempat menyentuh Rp 14.020/US$ yang merupakan level terkuat sejak 18 Februari lalu. 

Meski demikian, rupiah bukan yang terbaik di Asia. Ringgit Malaysia menjadi yang terbaik di bulan Oktober, rupiah berada di urutan kedua. Ringgit tercatat menguat sebesar 1,1%.

Berikut pergerakan dolar Amerika Serikat melawan mata uang Asia sepanjang bulan Oktober.

idr

Memasuki September 2021, gelombang kedua serangan virus corona di Indonesia sudah selesai. Kurva kasus positif melandai, demikian pula kasus aktif. Perkembangan ini membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berani melonggarkan PPKM sehingga aktivitas dan mobilitas masyarakat mulai berdenyut lagi.

Pada Oktober 2021, Indonesia semakin mampu mengendalikan laju pandemi. Sepanjang bulan lalu, rata-rata pasien positif corona bertambah 944 orang per hari (terendah sejak Mei 2020 secara bulanan). Turun drastis dibandingkan bulan sebelumnya yakni 4.177 orang setiap harinya.

Kini sudah tidak ada lagi wilayah di Jawa-Bali yang menerapkan PPKM Level 4 (paling ketat). Dengan demikian, aktivitas bisnis akan berputar lebih cepat, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi. Rupiah pun perkasa.

Hal yang sama terjadi di Malaysia. Dalam 7 hari terakhir hingga 31 Oktober, rata-rata penambahan kasus sebanyak 5.703 orang/hari, terendah sejak awal Juli lalu.

Selain itu, angka kasus baru juga menurun drastis dari puncaknya nyaris 25 ribu kasus yang tercatat pada 26 Agustus lalu.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Batu Bara Meroket, Rupiah Terdongkrak

Selain pandemi Covid-19 yang terkendali, rupiah juga diuntungkan dengan meroketnya harga batu bara di tahun ini. Harga batu bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak 2 bulan ke depan mencatat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 280/ton pada 5 Oktober lalu.

Sejak akhir 2020 hingga ke rekor tersebut, total harga batu bara meroket lebih dari 240%. Meski demikian, sejak mencapai rekor tersebut, harga batu bara berbalik merosot hingga lebih dari 40%.

Selain batu bara, harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) juga turun meroket ke rekor tertinggi di tahun ini, meski persentase kenaikannya jauh di bawah batu bara. Sepanjang tahun ini harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia melesat sekitar 40% ke atas 5.300 ringgit per ton.

Batu bara dan CPO merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, Kenaikan harganya membuat neraca perdagangan mencatat surplus, dan pendapatan pajak negara melonjak, sehingga memberikan dampak positif ke rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jumat pekan lalu melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mencatatkan surplus senilai US$ 4,37 miliar. Ini adalah surplus perdagangan selama 17 bulan beruntun.

Berkat neraca perdagangan yang terus surplus, Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi berjalan (current account) juga diprediksi positif di kuartal III-2021.

Transaksi berjalan menjadi salah satu faktor yang mendukung penguatan rupiah karena mencerminkan pasokan devisa yang bisa bertahan lama di dalam negeri.

Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.

"Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode Oktober 2021, Selasa (19/10/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular