Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

Duh Kapitalisasi Pasar Big Cap Anjlok, kecuali Bank Jago-TPIA

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 November 2021 13:20
Bank Jago. Dok: Bank Jago
Foto: Bank Jago. Dok: Bank Jago

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu kembali tak berhasil menyentuh level tertingginya yang tercipta pada tahun 2018 silam, 6.689.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut merosot 0,79% secara point-to-point pada pekan lalu, meskipun pada perdagangan Jumat (29/10/2021) akhir pekan lalu IHSG berakhir melesat 1,03% di level 6.591,346.

Nilai transaksi IHSG pada pekan lalu mencapai Rp 67,09 triliun. Investor asing masih membukukan beli bersih (net buy) pada perdagangan pekan lalu yang mencapai Rp 743 miliar di pasar reguler.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), total 10 besar saham berkapitalisasi pasar terbesar (big cap) pada akhir pekan lalu tercatat menurun menjadi Rp 3.296 triliun, dari pekan sebelumnya sebesar Rp 3.364 triliun.

Perkembangan Market Cap Emiten Big Cap 10 Besar (RP T)

No.Emiten29 Okt 2021No.Emiten22 Okt 2021No.Emiten15 Okt 2021
1.BCA/BBCA9121.BCA/BBCA9181.BCA/BBCA934
2.Bank BRI/BBRI6382.Bank BRI/BBRI6602.Bank BRI/BBRI648
3.Telkom/TLKM3763.Telkom/TLKM3833.Telkom/TLKM377
4.Bank Mandiri/BMRI3314.Bank Mandiri/BMRI3334.Bank Mandiri/BMRI330
5.Astra/ASII2445.Astra/ASII2505.Astra/ASII253
6.Bank Jago/ARTO2136.Bank Jago/ARTO2046.Unilever/UNVR199
7.Unilever/UNVR1697.Unilever/UNVR1857.Bank Jago/ARTO180
8.Chandra Asri/TPIA1648.Chandra Asri/TPIA1638.Chandra Asri/TPIA155
9.Bank BNI/BBNI1299.Bank BNI/BBNI1389.Sampoerna/HMSP133
10.Sampoerna/HMSP12010.Sampoerna/HMSP13010.Bank BNI/BBNI125

Sumber: BEI, berdasarkan data harga saham, Jumat (29/10/2021)

Berdasarkan data di atas, secara mayoritas saham big cap mengalami penurunan, hanya dua saham yang mencatatkan kenaikan kapitalisasi pasar (market cap).

Adapun saham yang masih mengalami kenaikan market cap pada akhir pekan lalu yakni saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang naik sebesar Rp 9 triliun menjadi Rp 213 triliun dan saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang naik menjadi Rp 164 triliun, atau naik hanya Rp 1 triliun.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling besar penurunannya pada akhir pekan lalu, yakni menjadi Rp 638 triliun, atau turun sebesar Rp 22 triliun dari pekan sebelumnya.

Sementara penurunan market cap yang paling rendah dibukukan oleh saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang hanya turun sebesar Rp 2 triliun menjadi Rp 331 triliun.

Kapitalisasi pasar atau market cap adalah nilai pasar dari sebuah emiten, perkalian antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga besar terhadap pergerakan IHSG.

NEXT: Sentimen Sepekan, Simak!

Sentimen yang membuat IHSG gagal kembali menembus level rekor tertingginya pada pekan lalu adalah masih dari krisis likuiditas perusahaan properti di China. Setelah Evergrande, Fantasia Holdings dan Sinic Holdings, giliaran perusahaan properti Modern Land yang menyusul kasus kesulitan membayar kewajibannya.

Reuters mengabarkan bahwa emiten bursa Hong Kong tersebut telah melewatkan pembayaran kupon obligasi, menambah kekhawatiran tentang dampak yang lebih luas dari krisis utang di sektor properti China.

Pekan lalu, Modern Land telah menyatakan akan menunda pembayaran bunga obligasi yang jatuh tempo Senin, 25 Oktober dan akan membayar sebagian darinya senilai US$ 250 juta atau setara dengan Rp 3,62 triliun dalam 3 bulan ke depan.

Selain itu, isu kenaikan suku bunga juga menjadi perhatian. Sejak pekan lalu, ada dua negara emerging market yang menaikkan suku bunga secara agresif akibat tingginya inflasi.

Pada Jumat (22/10/2021), bank sentral Rusia menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 7,5%. Dengan kenaikan tersebut, bank sentral Rusia sudah menaikkan suku bunga 5 kali beruntun, dengan total 325 bp.

Kemudian bank sentral Brasil Kamis (28/10/2021) menaikkan suku bunga sebesar 150 bp menjadi 7,75%, dan sudah 6 kali beruntun menaikkan suku bunga dengan total 475 bp.

Tingginya inflasi menjadi penyebab agresifnya bank sentral tersebut menaikan suku bunga. Pada tahun depan, kenaikan suku bunga diperkirakan akan lebih banyak terjadi.

Hasil survei Reuters terhadap para ekonom menunjukkan di tahun depan akan semakin banyak bank sentral yang menaikkan suku bunga. Sebanyak 500 ekonom berpartisipasi dalam survei ini, dan hasilnya sebanyak 13 dari 25 bank sentral dunia diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 1 kali di tahun depan.

Namun, kenaikan suku bunga tersebut bisa membuat roda bisnis melambat, sehingga pemulihan ekonomi menjadi terancam.

Sekitar seperempat dari 171 ekonom yang merespon survei Reuters terkait risiko yang dihadapi perekonomian global menyatakan salah satu yang terbesar dan bisa menimbulkan pelambatan yakni bank sentral yang terlalu cepat mengurangi stimulus moneter.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular