
Ekonomi RI Mulai Bangkit, IHSG Hijau Kembali ke 6.600-an

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau. IHSG menguat 0,41% ke level 6.618,12 pada pembukaan Senin (01/11/2021).
Indeks terpantau masih menguat 0,17% ke level 6.602 pada 09.05 WIB. Terpantau ada 236 saham menguat, 128 melemah dan 180 stagnan. Asing juga lanjut mengkoleksi saham-saham domestik yang tercermin dari adanya net buy sebesar Rp 42,5 miliar di pasar reguler.
Saham yang banyak dibeli asing adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy masing-masing sebesar Rp 19,4 miliar dan Rp 8,5 miliar.
Sementara saham yang banyak dilepas asing adalah saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 1,5 miliar dan Rp 1,4 miliar.
Untuk hari ini ada dua sentimen yang bakal mewarnai perdagangan hari ini. Kedua sentimen tersebut berasal dari rilis data perekonomian.
Pertama adalah berlanjutnya ekspansi sektor manufaktur Indonesia di bulan Oktober. IHS Markit mencatat PMI manufaktur RI bulan lalu naik 5 poin ke 57,2. Dengan kenaikan tersebut PMI manufaktur RI berada di level tertingginya dalam 5 tahun terakhir.
Setelah sempat terkontraksi pada dua bulan awal penerapan PPKM Darurat di Jawa dan Bali, sektor manufaktur kembali bergeliat. Hal ini dipicu oleh membaiknya kondisi pandemi yang mendorong pemerintah untuk melakukan pelonggaran atas pembatasan sosial.
Sentimen kedua adalah terkait inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis angka Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Oktober hari ini.
Tekanan inflasi diperkirakan masih akan tetap rendah. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi bakal naik 1,62% year on year (yoy).
"Inflasi secara umum memang sepertinya tetap rendah hingga akhir 2021. Namun ada kemungkinan tekanan inflasi dari sisi permintaan pada kuartal IV-2021 karena pelonggaran pembatasan sosial," tulis Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.
Membaiknya sektor manufaktur serta tetap terjaganya inflasi di level rendah menjadi katalis positif untuk pasar keuangan dalam negeri di tengah meningkatnya risiko inflasi global.
Indikasi kebangkitan ekonomi semakin terasa dan meningkatkan risk appetite investor sehingga memburu aset-aset berisiko seperti saham.
Di samping itu, pekan lalu Wall Street juga ditutup dengan apresiasi. Indeks Dow Jones Industrial naik 0,25%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat sebesar 0,19% dan 0,33%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi