Review

Harga Batu Bara Rontok, yang Koleksi Saham-saham Ini Ngenes!

Market - Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 November 2021 08:35
FILE PHOTO: A view of the Eagle Butte Mine, operated by Alpha Natural Resources, is seen from a public access overlook platform near Gillette, Wyoming, U.S., May 31, 2016.  REUTERS/Kristina Barker/File Photo Foto: REUTERS/Kristina Barker/File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan turunnya harga minyak dunia, harga batu bara global juga ikut tertekan selama sepekan, yang salah satunya diakibatkan oleh investigasi pemerintah China untuk mengendalikan harga.

Harga batu bara termal acuan Newcastle untuk kontrak berjangka (futures) yang ramai ditransaksikan berada di level harga US$ 223,45/ton pada Jumat (31/10/2021), atau terhitung melompat 3,1% dari posisi sehari sebelumnya, mengacu data Refinitiv.

Namun secara mingguan, level penutupan tersebut terhitung melemah 2,85% dari posisi Jumat pekan lalu yang berada di level US$ 225,75/ton. Koreksi pekan ini melanjutkan pelemahan harga pada pekan sebelumnya yang turun hingga 4,2%.

Meski mengalami tren pelemahan, sepanjang tahun berjalan, harga komoditas andalan Indonesia ini meroket 173,3%, dari posisi akhir tahun lalu yang hanya berada di level US$ 81,75/ton.

Rekor harga tertinggi dicapai pada 5 Oktober, yakni sebesar US$ 295/ton. Selanjutnya dari puncak tertinggi tersebut, harga batu bara sudah jeblok 30%.

Selain harga batu bara, di pasar modal Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tercatat melemah 0,79% ke level 6.591,34 dan masih belum mampu menembus kembali level psikologisnya di 6.600, Jumat pekan lalu (29/10), perdagangan terakhir di Oktober.

Total transaksi saham pun ikut turun tajam, berkurang 21% menjadi Rp 67,09 dari pekan sebelumnya yang mencapai Rp 84,98 triliun, sehingga rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pun turun menjadi Rp 13,42 triliun.

Lalu bagaimana kinerja saham emiten batu bara pekan lalu?

Meski harga batu bara dunia melemah dan bursa yang terlihat lesu, dari 18 emiten batu bara, delapan di antaranya malah tercatat mengalami penguatan.

Meski demikian, sebagian besar menguat tipis, empat emiten tumbuh kurang dari 1% dan empat lainnya menguat tidak lebih dari 3,13%.

Sedangkan 10 emiten lain mengalami pelemahan, dengan koreksi yang relatif dalam, tercatat lima emiten harga sahamnya turun lebih dari 3%, dengan emiten yang tertekan paling dalam mencapai lebih dari 10%.

Sementara itu dalam sebulan terakhir terdapat 6 saham yang menguat, dengan satu di antanya mampu tumbuh dua digit. Sedangkan sepuluh saham emiten batu bara lainnya tercatat melemah dalam sebulan, dengan empat di antaranya terkoreksi lebih dari 10%.

Berikut kenaikan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir pekan lalu, Jumat (29/10/2021).

Berdasarkan data di atas, saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) memimpin saham emiten batu bara pekan lalu yakni naik sebesar 3,13% ke harga Rp 330/saham.

Kenaikan ini terjadi kendati saham ARII tercatat stagnan dalam tiga hari perdagangan terakhir, dalam sebulan saham ini melemah 5,17%.

Di posisi kedua, terdapat saham emiten milik Grup Sinarmas, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) yang menguat 2,70% ke Rp 4,190 per saham. Pekan lalu saham ini dua kali ditutup berada di zona merah, dalam sebulan saham ini ditutup juga menguat 7,71%, dan sejak awal tahun melesat 64,41%.

Ketiga adalah saham emiten milik taipan Dato Dr Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang naik 1,96% ke harga Rp 26.000 per saham. Meski demikian dalam sebulan saham ini ambrol 11,71%.

Di bawah saham BYAN, ada saham emiten kecil PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) yang tercatat naik 1,12% sepekan ke level Rp 90 per saham. Sama dengan mayoritas emiten batu bara lain, dalam sepekan saham BOSS melemah hingga 13,46%, kedua terburuk dari 18 emiten.

Di posisi kelima terdapat saham PT Petrosea Tbk (PTRO) yang minggu lalu naik tipis 0,79% ke level Rp 2.540 per saham. Dalam sebulan saham ini juga menguat hingga 7,17%.

Adapun emiten dengan kinerja saham terburuk dalam sepekan adalah INDY yang terkoreksi 10,78%.

Sementara itu emiten Grup Rajawali SMMT menjadi satu-satu saham yang berhasil tumbuh dua digit dalam sebulan terakhir. Dalam sebulan, saham SMMT tercatat naik 12,63% sedangkan dalam sepekan terakhir saham ini mengalami koreksi 1,83% ke level Rp 330 per saham.

Terakhir empat emiten yang sahamnya melemah lebih dari 10% dalam sebulan masing-masing adalah HRUM yang harga sahamnya nyaris berkurang seperlima (-18,01%). Selanjutnya disusul oleh BOSS (-13,46%), BYAN (-11,71%) dan DOID (-10,30%).

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Duitnya Gak Habis-habis, Taipan RI Ini Borong Saham Batu Bara


(fsd/fsd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading