Harga Batu Bara Rontok Serontok-rontoknya!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 November 2021 06:13
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara anjlok pekan lalu. Sudah dua minggu beruntun harga si batu hitam turun drastis.

Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 154,9/ton. Ambles 10,12% dari hari sebelumnya.

Secara mingguan, harga komoditas ini ambrol 18.9%. Seminggu sebelumnya, harga rontok 20,86%.

Perkembangan di China membuat harga batu bara jatuh. Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang sedang bernafsu untuk menurunkan harga batu bara.

China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara, yang sejak akhir 2020 (year-to-date) masih membukukan kenaikan 89,48%. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.

Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir. Ini menyebabkan gangguan produksi yang luar biasa.

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) menegaskan harga komoditas ini masih bisa turun lagi setelah melakukan investasi terhadap para produsen. "Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa biaya produksi batu bara masih jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasar spot," sebut keterangan tertulis NDRC, tanpa menyebut lebih rinci faktor apa yang melatarbelakangi pernyataan itu.

Tidak hanya melakukan penyelidikan, upaya China menekan harga batu bara juga dilakukan dengan menambah pasokan. NDRC menyebut stok batu bara China pada akhir Oktober 2021 naik lebih dari 100 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 12,5 juta ton sudah ada di pembangkit listrik di wilayah China bagian timur laut, yang telah memasuki awal musim dingin.

"Melihat kondisi pengangkutan di jalur kereta api dan pelabuhan, stok batu bara nasional akan semakin bertambah," lanjut keterangan terulis NDRC.

Perkembangan di China sepertinya membuat pelaku pasar ragu. Apakah harga batu bara masih bisa didongkrak naik? Dengan keseriusan China dalam menekan, sepertinya kok agak susah ya...

Oleh karena itu, kontrak batu bara terpapar aksi jual massal (sell-off). Jadi tidak heran harga pun turun drastis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular