'Aroma' Kenaikan Suku Bunga Buat Kurs Dolar Australia Perkasa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 28/10/2021 12:50 WIB
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi tinggi sudah menjalar ke Australia, alhasil spekulasi kenaikan suku bunga terus bermunculan. Dampaknya, kurs dolar Australia menanjak melawan rupiah.

Pada perdagangan Kamis (28/10) pukul 11:09 WIB, dolar Australia menguat 0,1% ke Rp 10,.657,02/AUR$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Posisinya saat ini juga di dekat level tertinggi 3 bulan yang dicapai Rabu kemarin. Selain itu, sepanjang bulan ini dolar Australia tercatat menguat lebih 3%.

Dengan kinerja tersebut, dolar Australia berpeluang menghentikan penurunan 5 bulan beruntun melawan rupiah.


Biro Statistik Australia kemarin melaporkan inflasi inti tumbuh 2,1% di kuartal III-2021 dari periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut memicu spekulasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) bisa menaikkan suku bunga lebih cepat.

Sebabnya, RBA menetapkan target inflasi 2%-3% untuk menaikkan suku bunga. Gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan inflasi tersebut baru akan tercapai pada 2024, dan saat itu suku bunga akan dinaikkan.

Selain itu, pasar juga mencium "aroma" kenaikan suku bunga, dari langkah RBA yang tidak melakukan intervensi di pasar obligasi. Obligasi yang jatuh tempo pada April 2024 imbal hasilnya (yield) mengalami kenaikan di atas 0,1% yang merupakan target RBA. Tetapi, kemarin RBA tidak melakukan pembelian di operasi pasar terbuka.

Alhasil, yield tersebut terus menanjak hingga menjadi 0,46%.

Pasar melihat keengganan RBA mempertahankan yield di 0,1% sebagai sinyal suku bunga akan dinaikkan lebih cepat. Pasar saat ini melihat suku bunga akan dinaikkan dengan agresif di tahun depan.

"Pasar memperkirakan akan ada suku bunga sebesar 50 basis poin (0,5%) pada pertengahan tahun depan, dan 100 basis poin (1%) di akhir tahun 2022," kata Tapas Strickland, dari National Australia Bank (NAB), sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (27/10).

Sementara itu, Bill Evans, ekonom di Westpac masih mempertahankan proyeksinya suku bunga baru belum akan dinaikkan hingga Februari 2023. Saat itu, Evans memperkirakan inflasi inti akan di atas 2,5% dalam 3 kuartal beruntun, dan tingkat pengangguran turun menjadi 3.8%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor