
Bakal Ditantang Mitratel, Ini Lho Saham-saham Menara Tercuan!

Seperti yang telah sedikit disebut di atas, Mitratel akan melakukan IPO dengan menawarkan 25.540.000.000 saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum.
Berdasarkan prospektus yang dirilis perusahaan, saham ini ditawarkan dengan kisaran harga Rp 775-Rp 975/saham.
Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 19,79 triliun hingga Rp 24,90 triliun dari penawaran umum ini.
Kabar IPO Mitratel sebenarnya sudah laba berembus dan sudah lama ditunggu oleh publik, mengingat ini menjadi IPO perusahaan BUMN pertama dalam 8 tahun terakhir.
Sebelumnya emiten BUMN yang terakhir kali menawarkan sahamnya kepada publik adalah PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) pada tahun 2013 silam.
Jika Mitratel berhasil meraih dana IPO maksimal Rp 25 triliun, maka akan mengalahkan dana IPO emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang melantai pada 6 Agustus lalu dengan raihan dana Rp 22 triliun--saat itu terbesar dalam sejarah pasar modal.
Saat ini, saham perusahaan dipegang PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar 99,99% dan PT Metra Digital Investama 0,01%. Setelah IPO Telkom akan memegang 70,15%, Metra Digital 0,00%, investor publik 29,82% dan ESA 0,03%.
ESA adalah Program Kepemilikan Saham Pegawai Perseroan (Employee Stock Allocation).
Manajemen Mitratel menyatakan, dana hasil penawaran umum ini sebanyak 44% akan digunakan untuk belanja modal organik seperti penambahan kolokasi melalui penguatan dan penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, dan ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Lalu sebesar 56% akan digunakan untuk belanja modal anorganik, yakni untuk mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.
Nah, pihak Mitratel menyebutkan, perusahaan berencana mengakuisisi 6.000 menara baru pasca-IPO, baik dengan membeli menara Telkomsel--yang terafiliasi dengan Grup Telkom--maupun konsolidasi dengan perusahaan telekomunikasi lainnya di Tanah Air.
Sisanya, akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan lainnya seperti peningkatan sistem teknologi informasi dan penerapan program pengembangan yang berkualitas untuk menara telekomunikasi.
Manajemen perusahaan pengelola lebih dari 28 ribu menara ini juga menyebutkan, perusahaan berencana melakukan ekspansi bisnis ke Asia Tenggara setelah pelaksanaan IPO.
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko mengungkapkan, ekspansi ke Asia Tenggara ini dilakukan sebagai strategi jangka menengah dan jangka panjang perseroan.
"Sejalan dengan visi dan misi untuk menjadi leader infrastruktur di Asia Tenggara, Mitratel siap melakukan ekspansi jangka panjang dan menengah untuk ekspansi ke Asia Tenggara maupun Asia Pasifik," kata Theodorus, dalam paparan publik perseroan, Selasa (26/10/2021).
Hingga 30 Juni 2021 lalu, perusahaan membukukan laba tahun berjalan senilai Rp 700,7 miliar. Nilai ini meningkat signifikan dari laba di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 153,7 miliar atau terjadi pertumbuhan 355,88% secara tahunan (year on year/YoY).
Sedangkan dari pos pendapatan di periode yang sama tercatat pendapatan perusahaan senilai Rp 3,22 triliun, naik dari Rp 2,90 triliun akhir Juni 2020 lalu atau tumbuh 10,94% YoY.
Tercatat nilai aset perusahaan mencapai Rp 23,25 triliun, terdiri dari aset lancar sebesar Rp 3,61 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 26,64 triliun.
Perusahaan memiliki nilai liabilitas sebesar Rp 18,57 triliun, dengan liabilitas jangka pendek Rp 7,11 triliun dan jangka panjang senilai Rp 11,43 triliun.
Nilai ekuitas perusahaan anak usaha Telkom ini mencapai Rp 13,68 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]