Asing Belanja Rp 746 M, IHSG Sukses Bertahan di Zona Hijau

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 26/10/2021 15:35 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,47% ke level 6.656,94 pada perdagangan Selasa (26/10/2021).

Saat IHSG menguat, terpantau 252 saham menguat, 266 melemah dan 147 stagnan. Asing lanjut borong saham-saham domestik dengan net buy mencapai Rp 746,11 miliar di pasar reguler.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy mencapai Rp 215 miliar dan Rp 140,7 miliar.


Sedangkan saham yang banyak dilepas asing di awal perdagangan adalah saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 37,7 miliar dan Rp 23,1 miliar.

Penguatan IHSG juga menyusul kinerja Wall Street yang baik semalam. Tiga indeks acuan bursa New York kompak berakhir di zona hijau. Indeks Dow Jones ditutup naik 0,18%. Indeks S&P 500 melesat 0,48% dan Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi 0,9%.

China hari ini akan menjadi pusat episentrum perhatian pasar global, menyusul kebijakan pemerintah terkait dengan pasar komoditas dan munculnya kembali kasus Covid-19 varian delta yang telah memicu karantina wilayah (lockdown) secara penuh.

Kemarin, harga batu bara yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia drop 7% ke US$ 204,5 per ton setelah pemerintah China menyatakan akan menginvestigasi perusahaan penyedia indeks harga energi tersebut, dalam upaya untuk mengendalikan harga di pasar berjangka.

Meski harga batu bara anjlok 7% dalam sehari, secara tahun berjalan harga energi utama duni ini masih terhitung melesat 150% menyusul krisis energi di negara maju, dan juga kenaikan permintaan di China.

Namun secara fundamental, permintaan energi diprediksi masih tinggi. Goldman Sachs dalam laporan riset terbarunya mengatakan bahwa permintaan dunia akan minyak bumi bakal kian meningkat, sehingga harga berpeluang menyentuh level US$ 90 per barel.

Permintaan dunia diprediksi bakal mencapai angka 100 juta barel per hari (bph) menyusul kenaikan konsumsi di Asia setelah penyebaran virus Covid-19 varian delta mulai teratasi. Di Eropa, tren pengalihan minyak bumi ke gas diprediksi meningkat di tengah krisis energ iseperti sekarang, yang menambah permintaan minyak setidaknya sebesar 1 juta bph.

Kemarin, harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 84,38/barel atau naik tipis 0,2%, sementara Brent naik 0,54% ke US$ 86,26.

Dari sisi pandemi, pasar kembali memperhatikan China yang kini menghadapi munculnya kasus Covid-19 yang baru. Mengutip Reuters, pejabat kesehatan pemerintahan Xi Jinping, mengatakan wabah Covid-19 terbaru kemungkinan akan semakin menyebar lebih jauh. Selama seminggu terakhir, ada 11 wilayah provinsi kemasukan Covid-19 dengan total 100 kasus infeksi.

Kasus Covid-19 kembali muncul di China pasca ditemukannya pasien yang terinfeksi di sebuah kelompok wisata. Kelompok ini melakukan perjalanan dari Shanghai lalu ke kota Xi'an di Provinsi Gansu dan ke Mongolia Dalam.

Puluhan kasus pun ditemukan terkait perjalanan itu dan melibatkan 12 grup wisata lainnya. Pemerintah setempat pun menghentikan penerbangan dan menutup lokasi wisata, sekolah dan tempat hiburan di daerah yang terkena dampak.

Jika hari ini kasus Covid-19 di China terus meningkat, pelaku pasar akan cenderung memilih aman dengan merealisasikan keuntungan yang telah didapatkan sembari memantau keadaan lebih jauh lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilah Pilih Investasi "Harga Diskon" Saat Ekonomi Melemah