Ambil Untung di Saham Konstruksi, Sempat Kena ARB Berjamaah

Market - Putra, CNBC Indonesia
22 October 2021 08:33
Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR) Foto: Progres Konstruksi Jalan Tol Layang Dalam Kota Jakarta Ruas Kelapa Gading-Pulo Gebang Capai 71%. (Dok. Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten konstruksi BUMN ditutup berguguran pada perdagangan kemarin, Kamis (21/10/2021). Bahkan beberapa ditutup anjlok dan menyentuh level auto reject bawah (ARB).

Saham-saham emiten konstruksi yang ditutup di level ARB hari ini adalah saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI).

Ada beberapa alasan mengapa saham-saham sektor konstruksi mengalami koreksi yang tajam hari ini. Pertama dan terutama tentunya adalah alasan profit taking.

Harga saham emiten konstruksi selama satu bulan terakhir sudah menguat signifikan. Apresiasi harga saham konstruksi sudah naik lebih dari 10% dalam satu bulan terakhir.

Ketika harga sudah naik tinggi, wajar jika mengalami koreksi untuk menyehatkan valuasi emiten.

Saham

Kinerja Harian (%)

Kinerja Mingguan (%)

Kinerja Bulanan (%)

WSKT

-5,37%

-3,48%

+16,87%

WIKA

-6,67%

-3,62%

+21,46%

PTPP

-6,72%

-0,40%

+19,62%

ADHI

-6,72%

-3,48%

+25,42%

Di sisi lain saat ini pasar saham Tanah Air sedang mengalami rotasi sektoral. Inflow asing dalam satu bulan terakhir lebih banyak ke saham-saham blue chip dan big bank.

Tiga saham dengan kapitalisasi pasar terbesar yaitu BBRI, BBCA dan BMRI mencatatkan net foreign buy secara total mencapai hampir Rp 15 triliun.

Padahal dalam satu bulan net buy asing di pasar reguler Tanah Air mencapai Rp 24,9 triliun. Artinya lebih dari setengahnya masuk ke saham big bank.

Untuk saham konstruksi sendiri juga belum memiliki katalis positif yang kuat untuk mencatatkan kenaikan yang tinggi.

Secara fundamental, emiten konstruksi terutama BUMN juga memiliki leverage ratio atau rasio utang yang besar. Sehingga sampai saat ini perlu ada diversifikasi portofolio konstruksi untuk kembali menyehatkan keuangan perusahaan.

Sebagai informasi untuk kasus WSKT rasio kewajiban terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) mencapai 5,75x. Sementara untuk WIKA rasionya hampir 3x dan ADHI hampir tembus 6x.

Bahkan untuk kasus WSKT, total liabilitasnya hingga paruh pertama tahun ini mencapai hampir Rp 90 triliun dengan proporsi utang jangka pendek lebih 50% dari total utang. Sementara kas perusahaan hanya Rp 3,7 triliun.

Untuk WIKA total kewajibannya mencapai Rp 45,1 triliun. Liabilitas jangka pendek 3,6x dari liabilitas jangka panjang dengan kas hanya Rp 6,4 triliun.

Terakhir untuk ADHI, total liabilitasnya mencapai Rp 33,3 triliun. Proporsi utang jangka pendeknya mencapai 4,84x dari total utang. Sedangkan kas perusahaan hanya Rp 671 miliar.

Memang tahun depan akan ada sentimen positif yang datang dari adanya Penanaman Modal Negara (PMN) ke perusahaan pelat merah. Salah satunya adalah untuk kluster BUMN Karya.

Setidaknya untuk dua emiten konstruksi yakni WSKT dan ADHI akan mendapatkan suntikan dana segar setidaknya Rp 4,98 triliun untuk merampungkan berbagai proyek konstruksi.

Namun untuk saat ini saham secara keseluruhan saham-saham konstruksi sudah harus mengalami koreksi yang sehat di tengah minimnya katalis positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi


(trp/trp)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading