Analisis Teknikal

Lepas dari Bullish Channel, Awas Profit Taking Menerpa IHSG

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 October 2021 08:40
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi pada perdagangan Kamis kemarin sebesar 0,34% ke 6.632,972. Meski demikian, investor asing lagi-lagi melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 582 miliar di pasar reguler.

Selasa lalu aksi beli bersih tercatat sebesar senilai Rp 654,14 miliar. Sementara di awal pekan ini, net buy tercatat nyaris Rp 1 triliun. Artinya, sepanjang pekan ini sudah lebih dari Rp 2 triliun. Sepanjang pekan lalu bahkan lebih besar lagi, Rp 5,15 triliun.

Di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (22/10) patut diwaspadai berlanjutnya aksi profit taking yang bisa membawa IHSG kembali ke zona merah. Pasalnya, sentimen pelaku pasar terlihat kurang bagus. Bursa saham Amerika Serikat (AS) bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat, bursa saham Eropa kompak masuk ke zona merah. 

IHSG yang sudah naik tajam sejak pekan lalu tentunya rentan diterpa aksi profit taking. Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian yang sudah sangat lama berada di wilayah jenuh beli (oversold) akhirnya membuat IHSG terkoreksi dalam 2 hari terakhir.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv


Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara jika melihat grafik 1 jam IHSG gagal masuk kembali ke pola Bullish Channel. Ini artinya ada risiko koreksi lebih lanjut.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Tanda-tanda IHSG bakal terkoreksi sudah terlihat dari munculnya pola Dragonfly Doji. Pola ini merupakan sinyal pembalikan harga.

IHSG masih berada di support 6.630 hingga 6.640. Jika kembali ke bawahnya, IHSG berisiko terkoreksi ke 6.600. Support selanjutnya berada di 6.540.

Sementara jika kembali ke atas 6.640, IHSG berpeluang naik lagi. Untuk melanjutkan penguatan dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, IHSG perlu melewati 6.685 yang merupakan ekor (tail) dari pola Dragonfly Doji.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular