
Galau di Sesi Pertama, IHSG Bingung Tentukan Arah di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,06% ke level 6.652,08 pada sesi I perdagangan siang hari ini, Kamis (21/10/21).
Di awal perdagangan IHSG sempat menguat. Namun selang 30 menit IHSG balik arah dan jatuh ke zona koreksi.
IHSG diperdagangkan di level terendah di 6.611 dan level tertinggi di 6.687. Hingga istirahat sesi I tercatat ada 215 saham naik, 293 melemah dan 151 stagnan.
Nilai transaksi mencapai Rp 11,38 triliun. Asing pun masih membukukan beli bersih di pasar reguler sebesar Rp 51,2 miliar.
Untuk perdagangan hari ini ada sejumlah kabar baik dari dalam maupun luar negeri yang perlu dicermati investor.
Dari luar negeri ada kabar dari Wall Street yang ditutup variatif semalam. Indeks Dow Jones dan S&P 500 menguat 0,43% dan 0,37% sedangkan Nasdaq Composite justru melemah tipis 0,05%.
Sentimen kedua datang dari Eropa dimana Inggris melaporkan data inflasi di bulan September tumbuhlebih rendah dari bulan sebelumnya dan juga lebih rendah dari perkiraan analis.
Selanjutnya sentimen ketiga datang dari China, dimana perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia - China Evergrande - dikabarkan telah membayar kupon obligasi dalam negeri yang jatuh tempo pada hari Selasa (19/10).
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus. Sehingga bisa memperkuat fundamental Indonesia.
Lantas bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II? Berikut ulasan teknikalnya
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.687 untuk membentuk tren bullish.
Namun tampaknya IHSG masih sulit untuk menembus level psikologis tersebut. Sementara itu indeks harus melewati level support terdekat di 6.638 untuk mengalami tren bearish.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Saat ini RSI berada di area 60,59.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), batang histogram berada di area negatif. Secara teknikal IHSG memang berpotensi mengalami konsolidasi terlebih dahulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi