Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah libur dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada Rabu (20/11/2021) kemarin, pagi ini pasar keuangan domestik siap kembali dibuka. Terdapat beberapa sentimen penting yang patut diperhatikan oleh investor, sembari menunggu IHSG yang kian hari makin dekat saja untuk memecahkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan Selasa (19/10/2021) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih gagal menembus level tertingginya sepanjang masa, karena investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah IHSG melesat selama sepekan lebih.
Meski demikian indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup hanya turun tipis 0,04% ke level 6.655,999 dan tercatat masih kurang sekitar setengah persen lagi menyentuh level tertingginya pada tahun 2018 silam, di level 6.693,46.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi Selasa kemarin kembali menurun menjadi Rp 13,9 triliun. Investor asing tercatat masih melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 654 miliar di pasar reguler. Sebanyak 247 saham terapresiasi, 262 saham terdepresiasi, dan 149 lainnya stagnan.
Asing tercatat masih mengoleksi saham bank PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang diborong oleh asing sebesar Rp 310 miliar. Selain itu, saham big cap lain yang ikut dikoleksi termasuk PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Sementara itu dari penjualan bersih, asing tercatat kembali melepas saham big cap terbesar di RI, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 230 miliar. Saham lain yang ikut dilego termasuk e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), saham emiten menara telekomunikasi Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), saham emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan saham emiten produsen semen bermerek Semen Gresik yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar saham - pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 654 miliar di pasar reguler - dan juga pasar obligasi memicu penguatan rupiah. Sepanjang pekan lalu, Mata Uang Garuda mencatat penguatan lebih dari 1% melawan dolar AS. Meski masih berfluktuasi, Selasa kemarin rupiah balik menguat 0,23% ke Rp 14.073/US$ atau berjarak 0,52% dari Rp 14.000/US$. Kali terakhir rupiah berada di bawah level psikologis tersebut yakni pada 16 Februari lalu.
Meskipun reli kenaikan IHSG selama hari beruntun putus pada Selasa kemarin, peluang IHSG untuk memecahkan rekor sejatinya masih terbuka lebar. Hal ini karena saat ini secara umum pasar keuangan global terlihat dalam kondisi bullish.
Pada perdagangan Rabu (20/10) kemarin, mayoritas bursa saham Asia menghijau, bahkan ada yang melesat lebih dari 1%. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan sebesar 1,35%, kemudian Nikkei Jepang naik 0,14%. Indeks Shanghai Composite China sementara Kospi Korea Selatan masing-masing melemah 0,17% dan 0,53%.
Sementara itu dari Wall Street, pada penutupan perdagangan Selasa waktu setempat tiga indeks acuan saham bursa New York berakhir finish di zona hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,6%. Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat 0,7% .
Penguatan bursa saham Wall Street dipicu oleh rilis kinerja keuangan emiten yang lebih baik dari perkiraan.
Sementara itu dari pasar keuangan benua biru, melansir data dari Refinitiv, indeks DAX 30 Jerman hingga pukul 18:40 WIB menguat 0,12%, kemudian FTSE 100 Inggris dan CAC 40 Prancis naik kurang dari 0,1%. Penguatan tersebut memang tipis, tetapi setidaknya menunjukkan sentimen pelaku pasar masih cukup bagus.
Dari dalam negeri sebenarnya ada sentimen positif yang datang dari Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter dalam negeri memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.
Kebijakan tersebut berpeluang besar akan membuat saham-saham di sektor properti dan automotif terkerek naik apabila hari ini buka. Sehingga dengan dorongan tenaga dari BI serta kondisi bursa Benua Kuning yang terpantau hijau, sejatinya IHSG berpeluang menguat hari ini apabila tidak libur.
Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, dua dari tiga indeks utama negeri Paman Sam yakni S&P 500 dan Dow ditutup naik karena investor optimis akan pendapatan kuartal ketiga perusahaan-perusahaan AS lebih baik dari yang diharapkan.
Sementara Nasdaq mengalami pelemahan akibat terkoreksinya saham teknologi, Dow Jones Industrials Average pun berhasil melampaui rekor sebelumnya yang dicapai pada pertengahan Agustus.
Dalam dua hari terakhir indeks healthcare S&P menguat akibat kinerja saham impresif dari perusahaan asuransi Anthem dan perusahaan lab kesehatan Abbott Laboratories.
Saham Abbott Laboratories naik setelah menaikkan perkiraan laba setahun penuh karena rebound dalam penjualan tes COVID-19), begitu pula dengan Anthem Inc (ANTM.N) yang juga menaikkan perkiraan pendapatan setahun penuh.
S&P telah tumbuh lebih dari 5% dari posisi 4 Oktober ketika krisis rantai pasokan mulai menjadi perbincangan hangat yang menimbulkan kekhawatiran dari pihak investor.
Walaupun perusahaan AS banyak memperbincangkan masalah rantai pasokan dan biaya yang lebih tinggi earnings calls mereka, investor sejauh ini merasa lega karena perusahaan tampaknya dapat mempertahankan margin keuntungan dengan mendistribusikan beban biaya kepada pelanggan, menurut Jack Janasiewicz, ahli strategi dan manajer portofolio. di Natixis Investment Managers Solutions.
"Penghasilan adalah yang penting dan sejauh ini apa yang kami lihat sebenarnya lebih baik dari yang diharapkan. Margin sebenarnya bertahan (baik)," kata Janasiewicz.
Serial televisi sensasional yang mengguncang kancah dunia hiburan global karya Netflix (NFLX.O) "Squid Game" mampua menggaet lebih banyak pelanggan dari yang diharapkan, layanan streaming terbesar di dunia mengatakan hal tersebut diperkirakan akan semakin meningkatkan jumlah pelanggan baru hingga akhir tahun. Akan tetapi, sahamnya malah jatuh setelah mencapai rekor tertinggi awal bulan ini.
Tesla melaporkan pendapatan kuartal ketiga setelah penutupan pasa hari Rabu, kinerja yang dibukukan bervariasi. Laba per saham yang disesuaikan tercatat sebesar US$ 1,86 atau lebih besar sari kisaran yang diharapkan di angka US$ 1,59 mengutip Refinitiv. Meski demikian pendapatan perusahaan tercatat lebih rendah dari perkiraan yakni sebesar US$ 13,76 miliar vs $13,63 miliar yang diharapkan per Refinitiv.
Verizon Communications Inc (VZ.N) menguat karena menambah lebih banyak pelanggan telepon pascabayar dari yang diharapkan pada kuartal ketiga, sementara saham di Baker Hughes Co (BKR.N) turun karena labanya meleset dari ekspektasi.
Terdapat sejumlah sentimen utama dari luar negeri yang patut dicerna investor dan masih mewarnai pergerakan pasar finansial global, termasuk Indonesia. Selain itu terdapat pula sentimen dari dalam negeri yang perlu diperhatikan dengan seksama.
Sentimen pertama datang dari Wall Street yang relatif ditutup menguat beberapa hari terakhir dikarenakan laporan kinerja perusahaan yang positif, khususnya perbankan besar, dan mampu mengalahkan ekspektasi pasar.
Berdasarkan data dari FactSet yang dikutip CNBC International, dari semua emiten di S&P 500 yang sudah melaporkan earning, sebanyak 82% hasilnya lebih baik dari prediksi analis.
Tom Lee, analis dari Fundstrat melihat Wall Street berpotensi reli hingga 6% lagi di penghujung tahun ini. S&P 500 yang saat ini berada di kisaran 4.520 diperkirakan bisa mencapai 4.800. Ia melihat, sentimen pelaku pasar saat ini sedang bagus, penyebaran Covid-19 di Amerika sudah menurun, dan perekonomian dikatakan resilien.
Sentimen kedua datang dari Eropa dimana Inggris melaporkan data inflasi di bulan September tumbuh 3,1% year-on-year (YoY), sedikit melambat dari bulan sebelumnya 3,2% YoY. Selain itu anggota dewan bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), Jens Weidmann, yang juga Gubernur Bank Sentral Jerman (Bundesbank) mengumumkan akan mundur dari jabatanya di akhir tahun nanti di tengah kondisi pemulihan ekonomi Uni Eropa yang masih belum maksimal.
Selanjutnya sentimen ketiga datang dari China, dimana perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia - China Evergrande - dikabarkan telah membayar kupon obligasi dalam negeri yang jatuh tempo pada hari Selasa (19/10).
Pengembang China lain, Kaisa Group (1638.HK) mengatakan pada hari Senin (18/10) telah membayar kupon yang jatuh tempo pada 16 Oktober dan berencana pada kamis ini untuk mentransfer pembayaran untuk kupon senilai US$ 35,85 juta yang jatuh tempo pada 22 Oktober mendatang.
Dalam beberapa hari terakhir, People's Bank of China mengatakan efek limpahan pada sistem perbankan dari masalah utang Evergrande dapat dikendalikan dan ekonomi China "berjalan dengan baik".
Sentimen keempat masih terkait krisis energi yang juga masih dirasakan negara ekonomi besar lain seperti India dan juga wilayah Uni Eropa akibat kelangkaan gas. Hal tidak hanya meningkatnya biaya energi tapi juga berpotensi dapat mendorong peningkatan harga pembelian barang sehari-hari lainnya, termasuk makanan jika kondisi ini tidak segera terselesaikan.
Indonesia sejatinya cukup diuntungkan oleh situasi ini, karena merupakan eksportir terbesar batu bara dunia, yang harganya melambung merespons krisis energi dan pencarian sumber energi alternatif menjelang musim dingin.
Selain batu bara, komoditas lain yang juga mengalami reli kenaikan harga sejak awal tahun termasuk CPO dan migas.
Selanjutnya dari dalam negeri, ada kabar baik yang diharapkan mampu menopang penguatan IHSG, yakni sudah 5 hari beruntun penambahan kasus penyakit akibat virus corona di bawah 1.000 orang. Pemerintah juga kembali memberikan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus. Sehingga bisa memperkuat fundamental Indonesia.
Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
"Ke depan, defisit transaksi berjalan akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya menjadi kisaran 0-0,8% dari PDB pada 2021. Defisit transaksi berjalan tetap akan rendah pada 2022 sehingga mendukung ketahanan eksternal Indonesia," terang Gubernur BI, Perry Warjiyo, Selasa (19/10).
Selain itu, BI juga memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.
Kebijakan tersebut berpeluang besar akan membuat saham-saham di sektor properti dan automotif terkerek naik apabila hari ini buka. Sehingga dengan dorongan tenaga dari BI serta kondisi bursa Benua Kuning yang terpantau hijau, sejatinya IHSG berpeluang menguat hari ini apabila tidak libur.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
Pidato The Fed (00.15 WIB)
Neraca perdagangan Jepang September (06.50 WIB)
Data ekspor dan impor Jepang September (06.50 WIB)
Indeks harga perumahan China September (08.30 WIB)
Data laju inflasi Inggris September (13.00 WIB)
Current account Uni Eropa Agustus (15.00 WIB)
Laju inflasi Uni Eropa (16.00 WIB)
Berikut beberapa agenda korporasi yang akan berlangsung hari ini:
RUPSLB PT Kapuas Prima Coal Tbk/ZINC (14.00 WIB)
RUPSLB PT Pyridam Farma Tbk/PYFA (09.30 WIB)
RUPSLB PT Putra Mandiri Jembar Tbk/PMJS (14.00 WIB)
RUPSLB PT Lautan Luas Tbk/LTLS (14.00 WIB)
RUPSLB PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk/IKAI (11.00 WIB)
RUPSLB PT Communication Cbl Sys IndisaTbk/CCSI (13.30 WIB)
RUPSLB PT Bhakti Multi Artha Tbk/BHAT (14.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: