Mata Uang Asia Berguguran! Untung Rupiah Gak Ikut-ikutan...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 October 2021 10:15
Dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Sertac Kayar)

Komentar sejumlah pejabat teras bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) jadi penyebabnya. Michelle 'Miki' Bowman, Anggota Dewan Gubernur The Fed, menyatakan inflasi Negeri Adidaya sepertinya akan tetap tingg seiring keterbatasan pasokan.

"Kita sedang berada dalam situasi di mana tekanan inflasi akan bertahan lama. Lebih lama dari yang kita perkirakan sebelumnya," kata Bowman dalam sebuah diskusi secara virtual, seperti dikutip dari Reuters.

Thomas Barkin, Presiden The Fed Richmond, menyebut salah satu penyebab hambatan pasokan adalah keterbatasan tenaga kerja. Sepanjang pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih mengancam nyawa, maka warga AS belum berani terlalu banyak beraktivitas di luar rumah.

"Penduduk usia kerja menua, tingkat kelahiran pun menurun. Ini menyebabkan ketersediaan tenaga kerja tidak sebanding dengan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini soal hitungan matematika saja. Kita tidak bisa tumbuh tanpa lebih banyak tenaga kerja," jelas Barkin, juga diberitakan Reuters.

Pernyataan dua pejabat The Fed itu mengindikasikan bahwa percepatan laju inflasi di AS bukan bersifat temporer atau transitory, melainkan mengarah ke permanen. Artinya, kebutuhan untuk melakukan respons dengan mengetatkan kebijakan moneter semakin tinggi.

Aura pengetatan moneter yang semakin terasa menjadi angin segar bagi dolar AS. Saat The Fed menaikkan suku bunga acuan, misalnya, imbala investasi aset-aset berbasis dolar AS akan ikut terangkat.

Akibatnya, dolar AS menjadi 'seksi' dan diburu oleh pelaku pasar. Tidak heran mata uang utama Asia berjatuhan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular