Analisis Teknikal

Diterpa Profit Taking, IHSG Bisa Lanjut Ambles Sesi II

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 19/10/2021 12:29 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,45% ke level 6.628,68 hingga sesi I perdagangan Selasa (19/10/21).

Setelah lima hari beruntun menguat, akhirnya IHSG jatuh ke zona merah juga. Ada indikasi besar bahwa indeks yang melemah disebabkan oleh aksi profit taking.

Di tengah koreksi indeks, asing masih melakukan aksi beli di pasar reguler mencapai Rp 229,83 miliar. Hingga istirahat siang, tercatat ada 232 saham menguat, 265 melemah dan 154 stagnan.


Untuk hari ini ada beberapa sentimen yang mewarnai perdagangan. Pertama adalah kinerja saham-saham Wall Street yang ditutup variatif semalam.

Indeks DJI turun 0,1% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite cenderung naik 0,3% dan 0,8%.

Sentimen lain adalah perlambatan ekonomi China. Pada kuartal III-2021, PDB China tumbuh 4,9% yoy lebih rendah dari perkiraan konsensus 5,2% yoy dan kuartal sebelumnya yang mencapai 7,9% yoy.

Perlambatan ekonomi China dipicu oleh beberapa hal terutama akibat krisis energi dan krisis utang di sektor properti.

Dari dalam negeri Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar sejak kemarin. Pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5%.

Setelah terkena aksi jual di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II nanti? Berikut ulasannya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.658 untuk membentuk tren bullish.

Sementara itu indeks harus melewati level support terdekat di 6.600 untuk mengalami tren bearish.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 58,72 dan cenderung menurun sehingga membuka peluang IHSG lanjut koreksi di sesi II.

Hal ini semakin terkonfirmasi dari indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD) yang histogramnya berada di zona negatif.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.


TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"