Maaf Bukan Batu Bara, Ini Komoditas yang Bakal Banyak Diburu

Monica Wareza, CNBC Indonesia
Minggu, 10/10/2021 07:30 WIB
Foto: Pabrik pengolahan nikel di Sorowako, Provinsi Sulawesi Selatan. (REUTERS/Yusuf Ahmad)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kini tengah mengalami kenaikan. Krisis energi di sejumlah wilayah seperti Eropa, China dan India membuat si "emas hitam" untung.

Namun ternyata bukan komoditas ini yang diramal akan paling banyak diburu. PT Schroder Investment Management Indonesia (Schroders) memprediksi salah satu sektor yang bakal menjadi daya tarik investasi yakni sektor tambang nikel.


Presiden Direktur Schroders Michael Tjandra Tjoa mengatakan Indonesia saat ini sudah berada dalam posisi yang lebih baik. Bahkan Indonesia bisa membuktikan penanganan Covid-19 saat ini sudah lebih baik.

"Orang melihat bahwa we should start investing in Indonesia, kenapa? Kita tahu bahwa Covid-19 adalah problem yang mendasar terjadinya penurunan ekonomi dunia 2020, karena kita tahu bahwa pertumbuhan ekonomi jatuh, ada pembatasan lockdown dan membuat pertumbuhan ekonomi tidak mencapai titik yang diharapkan," kata Michael dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) X - 2021, pekan ini.

"Dan Indonesia sudah membuktikan diri problem ini, yes, terjadi dan bahkan menjadi kita mencapai tingkat yang dikhawatirkan sebelumnya dan kemudian kita bisa improve dengan signifikan."

Di samping itu, kata Michael, saat ini potensi investasi makin besar dengan karena adanya new economy dari segi komoditas nikel. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara produsen nikel di dunia.

Nikel akan dilirik oleh investor sebagai energi masa depan seiring dengan juga mulai berkembangnya investasi yang mengedepankan Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan atau Environmental, Social and Corporate Governance (ESG). Komoditas ini memiliki daya Tarik tak hanya investasi langsung (direct investment) namun juga pagi pasar keuangan di Indonesia.

"Produsen nikel terbesar ini akan dilihat, dipilih oleh investor karena ini menjadi the future energy karena kita masuk ke ESG maka kebutuhan nikel di kemudian hari sangat diperlukan di dunia. Sehingga semua nanti kita liat bahwa direct investment akan masuk ke Indonesia, masuk dalam sektor ini. Ini akan menjadi suatu hal yang menarik bagi market di Indonesia," ungkapnya.

Di tahun ini, ia pun optimis akan banyak investor kembali melakukan investasi ke perusahaan public di Indonesia. Namun demikian, memang terdapat risiko kenaikan tingkat suku bunga hingga inflasi. Namun kenaikan ini sejalan dengan pergerakan ekonomi.

"Tetapi kita tau bahwa inflasi naik akibat dari daya beli yang naik, akibat pertumbuhan ekonomi yang naik dan kalau itu terjadi kita tidak perlu khawatir dengan inflation. Karena kita tau ekonomi bertumbuh," jelasnya.

"Indonesia in much better positioning now dibandingkan dengan beberapa waktu lalu pada saat tapering terjadi."

Posisi cadangan devisa misalnya senilai US$ 146 miliar. Ini merupakan angka tertinggi, dibarengi dengan neraca perdagangan yang berada di posisi lebih baik dibanding sebelum pandemi Covid-19.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Siasat Penambang Saat Gejolak Harga Batu Bara Masih Tinggi