Top Gainers

Usai Dibanting, yang Pegang Saham Batu Bara Nyengir Hari Ini

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 October 2021 17:30
Aktifitas pekerja saat bongkar muat Batubara yang datang dari Batam di Pelabuhan KCN Cilincing,  Jakarta Utara, Kamis (12/4). Keputusan Menteri ESDM Nomor 1359K/30/MEM/2018 soal harga jual batubara untuk penyediaan tenaga listrik buat kepentingan umum, pemerintah menetapkan harga jual untuk PLTU US$70 per ton.  pemerintah juga menetapkan volume maksimal pembelian batubara untuk pembangkit listrik 100 juta ton per tahun atau sesuai kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik.Jonan menegaskan, penetapan harga jual batubara untuk PLTU agar tarif tenaga listrik tetap terjaga demi melindungi daya beli masyarakat dan industri yang kompetitif. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1%, mayoritas saham batu bara berhasil menguat kembali alias rebound pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (8/10/2021).

Kamis kemarin, saham-saham batu bara cenderung ambles menyentuh auto reject bawah (ARB, -7%) seiring dengan aksi ambil untung (profit taking) investor.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melesat 1,02% ke posisi 6.481,77, dengan nilai transaksi mencapai Rp 15,60 triliun dan volume perdagangan mencapai 28,42 miliar saham.

Investor asing pasar saham masuk ke bursa RI dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 1,73 triliun di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan beli bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 675,58 miliar.

Indeks sektor transportasi (IDXTRANS) memimpin kenaikan di antara indeks sektor lainnya, sebesar 3,63%. Di posisi kedua, ada indeks saham energi (IDXENERGY) yang naik 1,49%.

Berikut kenaikan saham si batu hitam hari ini (8/10).

  1. Indika Energy (INDY), saham +7,96%, ke Rp 2.170/saham

  2. Adaro Energy (ADRO), +4,61%, ke Rp 1.815/saham

  3. ABM Investama (ABMM), +4,27%, ke Rp 1.465/saham

  4. Indo Tambangraya Megah (ITMG), +4,08%, ke Rp 24.850/saham

  5. Bukit Asam (PTBA), +3,73%, ke Rp 2.780/saham

  6. Atlas Resources (ARII), +3,23%, ke Rp 320/saham

  7. Golden Eagle Energy (SMMT), +3,06%, ke Rp 202/saham

  8. Golden Energy Mines (GEMS), +2,42%, ke Rp 4.240/saham

  9. Alfa Energi Investama (FIRE), +2,27%, ke Rp 675/saham

  10. Delta Dunia Makmur (DOID), +1,85%, ke Rp 330/saham

  11. Mitrabara Adiperdana (MBAP), +1,10%, ke Rp 3.670/saham

  12. United Tractors (UNTR), +0,87%, ke Rp 26.125/saham

  13. Prima Andalan Mandiri (MCOL), +0,57%, ke Rp 1.760/saham

  14. Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), 0,00%, ke Rp 110/saham

  15. Bumi Resources (BUMI), 0,00%, ke Rp 86/saham

  16. TBS Energi Utama (TOBA), -0,90%, ke Rp 550/saham

  17. Bayan Resources (BYAN), -1,03%, ke Rp 28.700/saham

  18. Harum Energy (HRUM), -5,15%, ke Rp 7.825/saham

Menurut data di atas, dari 18 saham yang diamati, 13 saham naik, 2 stagnan, dan 3 melemah.

Saham INDY menjadi yang paling melonjak, yakni mencapai 7,96% ke Rp 2.170/saham, setelah kemarin ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,94%.

Dalam sepekan saham INDY melesat 11,00%, sementara dalam sebulan melonjak 57,82%.

Kedua, saham ADRO yang naik 4,61%, usai ambles hingga ARB 6,97% pada Kamis. Dalam sepekan saham ADRO naik 1,97%, sedangkan dalam sebulan melesat 34,44%.

Di bawah ADRO ada saham ABMM yang menguat 4,27%. Kemarin, saham ini terjungkal 6,64%. Dalam sepekan saham ABMM terdorong naik 18,15%, sedangkan dalam sebulan naik 12,69%.

Setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 2008 di US$ 280/ton, harga batu bara ambles dalam 2 hari terakhir. Koreksi ini terjadi lantaran investor mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking).

Menurut data Refinitiv, pada Kamis kemarin (7/10/2021) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) anjlok 4,70% dibandingkan hari sebelumnya ke US$ 224,90/ton. Sementara, pada Rabu (6/10), harga batu bara 'terjun bebas' 15,71% ke US$ 236/ton.

Kendati ambles dalam dua hari terakhir, dalam sepekan harga batu bara masih naik 3,64%, sebulan melesat 26,10%. Kemudian, sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd) harga batu bara 'meroket' 175,11%.

Lonjakan batu bara akhir-akhir ini ditopang oleh persediaan yang menipis di tengah permintaan yang meningkat karena pembukaan aktivitas ekonomi. Naiknya harga minyak bumi dan gas alam juga mempengaruhi kinerja batu bara yang akhir-akhir ini mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.

Kenaikan harga gas alam menjadi faktor utama lonjakan harga batu bara. Saat gas alam semakin mahal, maka insentif untuk berpaling ke sumber energi primer alternatif meningkat. Salah satunya adalah batu bara.

Dalam sepekan terakhir, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, Amerika Serikat) naik 5,67%. Selama sebulan ke belakang kenaikannya mencapai 26,07% dan secara year-to-date meroket 126,8%.

Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 89,4/MWh pada 5 Oktober 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 58,06/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.

"Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat," sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters.

Di sisi lain, balik ke China, permintaan energi masih tinggi di tengah kekurangan pasokan.

"Kekurangan pasokan masih akan terjadi untuk beberapa waktu. Butuh waktu untuk meningkatkan produksi dalam negeri di China, yang selama lima tahun terakhir terus berkurang. Saya tidak optimistis. Kekurangan pasokan akan bertahan mungkin sampai akhir tahun, atau bahkan hingga Februari-Maret tahun depan," sebut seorang trader di Beijing, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masa Depannya Stagnan, Nasib Saham ADRO-HRUM dkk Bagaimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular