Analisis

Geger Raksasa Properti China Mau Bangkrut, Ini Biang Keroknya

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
08 October 2021 09:20
CHINA EVERGRANDE-DEBT/
Foto: REUTERS/Bobby Yip

Dilansir The New York Times, banyaknya properti bernilai tinggi ini menyebabkan rasio harga rumah terhadap pendapatan di tiga kota besar China - Beijing, Shanghai dan Shenzhen - jauh lebih tinggi daripada di kota-kota besar lainnya di seluruh dunia.

Rasio harga properti dan pendapatan di beberapa kota besar dunia (sumber: The New York times)Foto: Rasio harga properti dan pendapatan di beberapa kota besar dunia (sumber: The New York times)
Rasio harga properti dan pendapatan di beberapa kota besar dunia (sumber: The New York times)

Kekayaan dari perumahan menyumbang 78% dari semua aset China pada tahun 2017, dibandingkan dengan 35% di AS.

Selain itu tingkat hunian rendah serta kepemilikan rumah telah cukup memadai menjadikan properti menjadi aset yang kian spekulatif.

Ditambah lagi pertumbuhan populasi yang rendah, di mana populasi China kian menua dan 60% sudah tinggal di perkotaan, memberikan sinyal bahwa booming properti harus segera berakhir.

Lanskap pembelian properti China (sumber: FT)Foto: Lanskap pembelian properti China (sumber: FT)
Lanskap pembelian properti China (sumber: FT)

Runtuhnya investasi di sektor properti merupakan ancaman yang sangat mungkin terjadi dan akan berdampak sangat negatif terhadap keuangan pemerintah daerah.

Ekonom dari Universitas Harvard Kenneth Rogoff dan ekonom IMF Yuangchen Yang, berpendapat dalam penelitian bersama mereka, bahwa "penurunan 20% dalam aktivitas real estate dapat menyebabkan penurunan 5-10% dalam PDB.

"Bahkan tanpa amplifikasi dari krisis perbankan, atau memperhitungkan pentingnya real estat sebagai jaminan," tulis keduanya dalam riset bertajuk 'Peak China Housing' dikutip dari situs resmi Harvard.

Investasi sektor properti perlu diperlambat?

Investasi adalah salah satu kontributor besar terhadap pertumbuhan permintaan China. Jika investasi di properti turun tajam, berarti perlu ada sektor lain untuk menutupi.

Meskipun berat, opsi tersebut pada akhirnya lebih menguntungkan karena bagaimanapun, membangun properti yang tidak dibutuhkan adalah pemborosan sumber daya.

Memperlambat laju investasi properti baru-baru ini juga akan menjadi konsekuensi 'alamiah' dari penetapan aturan 'tiga garis merah' yang diberlakukan oleh negara kepada para pengembang properti yang mengatur batasan rasio utang terhadap aset perusahaan, rasio utang terhadap ekuitas dan rasio kas terhadap utang jangka pendeknya.

Setiap krisis yang terjadi akan menciptakan peluang baru. Pemerintah Cina menyadari bahwa ledakan investasi besar di bidang properti telah melampaui batas yang wajar, sehingga perekonomian membutuhkan penggerak permintaan yang berbeda di mana model bisnis yang didasarkan pada investasi boros telah mencapai batas akhir dan harus diganti.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular