Batu Bara Kerek Harta 2 Taipan RI, Ada yang Nambah Rp 12 T

fsd, CNBC Indonesia
05 October 2021 14:55
Peter F Gontha memberi piagam kepada Theodore Permadi Rachmat atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat saat meraih pemenang CNBC Indonesia Awards Lifetime Achievement. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peter F Gontha memberi piagam kepada Theodore Permadi Rachmat atau yang lebih dikenal dengan TP Rachmat saat meraih pemenang CNBC Indonesia Awards Lifetime Achievement. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kenaikan harga batu bara yang terus menerus mencetak rekor, harta kekayaan taipan batu bara juga ikut meningkat drastis.

Harga komoditas yang digunakan untuk membangkitkan energi berbiaya murah ini telah menembus US$ 200 per ton di kuartal tiga tahun ini yang tentu ikut memompa kinerja saham emiten milik sang taipan.

Bahkan Kamis kemarin (4/5) harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 247/ton. Meroket 9,41% dibandingkan posisi hari sebelumnya sekaligus jadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Selain bos PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Low Tuck Kwong, yang hartanya bertambah hingga Rp 13 triliun dalam 10 hari, bos tambang batu bara lainnya yang juga ikut meningkat signifikan, salah satunya adalah milik taipan yang berkecimpung di emiten batu bara PT Adaro Energi Tbk (ADRO).

Berikut adalah daftar kekayaan para petinggi Adaro Energi, ada yang mengalami kenaikan signifikan dan terdapat pula yang harta kekayaannya turun.

1. Edwin Soeryadjaya

Edwin Soeryadjaya merupakan seorang pengusaha asal Indonesia anak dari William Soeryadjaya yang merupakan pendiri dari Astra International.

Memulai kariernya pada 1978 di Astra International, Edwin meninggalkan Astra dalam jabatannya sebagai Wakil Presiden Direktur pada 1993 setelah keluarga Soeryadjaya kurang beruntung di bisnis perbankan.

Keluarga Soeryadjaya mengakuisisi Bank Agung Asia yang kelak berganti nama menjadi Bank Summa pada tahun 1988. Akan tetapi manajemen yang buruk yang dijalankan kakaknya Edward (terdakwa kasus tindak pidana korupsi Dana Pensiun Pertamina dan tersangka kasus dugaan korupsi PT Asabri) serta persaingan bisnis membuat Bank Summa terjerat kredit macet hingga Rp 1,2 triliun dan utang senilai Rp 500 miliar hingga harus dilikuidasi pada 1992.

Klan Soeryadjaya akhirnya harus melepas 100 juta lembar saham Astra untuk membantu Bank Summa menyelesaikan kewajiban kepada nasabah, yang dalam prosesnya melenyapkan kekayaan yang seharusnya bisa diwariskan Edwin.

Beberapa tahun kemudian, Edwin bersama Sandiaga Uno yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi yang diberi nama Saratoga Capital yang kemudian berganti nama menjadi Saratoga Investama.

Lewat Saratoga, mereka berhasil mengembangkan banyak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, salah satunya dari bisnis pertambangan.

Pada 2004, Edwin mengakuisisi 40% saham Adaro Indonesia melalui PT Dianlia Setyamukti dari Deutsche Bank yang merupakan kreditur Asminco yang gagal bayar utang. Adaro akhirnya tumbuh menjadi salah satu anak perusahaan Saratoga yang banyak menghasilkan pundi-pundi keuntungan.

Dalam daftar 50 orang terkaya RI tahun 2020 versi Majalah Forbes, Edwin ditaksir memiliki kekayaan US$ 580 juta atau setara dengan Rp 8,29 triliun (kurs Rp 14.300/US$) dan bertengger di urutan ke-45.

Saat ini, kurang dari setahun hartanya naik nyaris 3 kalinya. Berdasarkan data The World's Real-Time Billionaires, saat ini kekayaan Edwin diperkirakan mencapai US$ 1,4 miliar atau setara dengan Rp 20,02 triliun.

Dengan kata lain dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun, kekayaan anak pendiri Astra ini meningkat hingga Rp 11,73 triliun.

The World's Real-Time Billionaires merupakan daftar yang diperbaharui setiap hari dengan melacak naik turunnya kekayaan miliarder di seluruh dunia.

2. Theodore Permadi Rachmat

Bersama Garibaldi dan Edwin Soeryadjaya, TP Rachmat ikut serta mendirikan emiten batu bara raksasa PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan saat ini menjabat sebagai Vice President Commissioner Adaro Energy.

Selain berkiprah di Adaro, mantan Direktur Utama Astra lulusan Teknik Mesin ITB ini juga mendirikan Grup Triputra yang memiliki beberapa lini bisnis utama termasuk agribisnis, manufaktur dan pertambangan.

Dalam daftar 50 orang terkaya RI tahun 2020 versi Majalah Forbes, TP Rachmat ditaksir memiliki kekayaan US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 22,88 triliun dan bertengger di urutan ke-16 orang terkaya.

Saat ini, kurang dari setahun hartanya mengalami kenaikan. Berdasarkan data The World's Real-Time Billionaires, TP Rachmat berada di posisi ke-10 sebagai orang terkaya di Indonesia dengan jumlah kekayaannya tercatat sebesar US$ 2,2 miliar atau Rp 31,46 triliun.

3. Garibaldi 'Boy' Thohir

Saudara menteri BUMN RI Erick Thohir ini, bersama dengan almarhum Benny Subianto (kini diteruskan ke anaknya Arini Subianto), terjun di bisnis batu bara dengan melakukan akuisisi 40,8% saham Adaro Indonesia milik New Hope melalui PT Alam Tri Abadi.

Jika sebelumnya merupakan berada di bawah perusahaan Spanyol (Enadimsa), setelah Edwin Soeryadjaya dan Boy Thohir masuk, kini perusahaan resmi dimiliki oleh investor asal Indonesia.

Pada 2008, para pemegang saham sepakat menjadikan PT Padang Karunia, perusahaan di bawah Padang Karunia Group milik Garibaldi Thohir dan T.P Rachmat, sebagai induk usaha Adaro Indonesia.

Setelah itu, Padang Karunia berganti nama menjadi Adaro Energy dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Adaro Energy melepas 11,13 miliar sahamnya ke publik dengan harga penawaran Rp1.100 per saham dan menjadi IPO terbesar sebelum dipecahkan oleh Bukalapak 6 Agustus 2021 lalu.

Senada dengan harga komoditas yang ikut menguat, hingga tengah tahun ini pendapatan Adaro tercatat naik 15% menjadi US$ 1,56 miliar (Rp 22,34 triliun), sedangkan laba bersihnya meningkat 10% menjadi US$ 169,96 juta (Rp 2,43 triliun).

Meskipun demikian harta Presiden Direktur Adaro ini malah tercatat turun. Jika sebelumnya pada daftar tahun 2020 lalu ia bertengger di urutan ke-15 dengan kekayaan US$ 1,65 miliar atau setara dengan Rp 23,59 triliun, kini namanya absen dalam The World's Real-Time Billionaires. Artinya menurut taksiran Forbes, harta Boy Thohir saat ini tidak mencapai US$ 1 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekspansi? Adaro Akuisisi Saham CITA Senilai Rp 358,76 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular