Analisis

Akhir Tahun IHSG Tembus 6.500 Lagi, Cek Fakta 19 Tahun Ini!

Putra, CNBC Indonesia
04 October 2021 12:40
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah tiga kuartal berlalu di tahun ini dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan apresiasi sebesar 4,18% secara year to date (ytd) hingga akhir September lalu.

Performa yang bisa dibilang cukup oke mengingat memang tahun 2021 digadang-gadang sebagai tahun pemulihan ekonomi. Sisa satu kuartal terakhir, kira-kira bagaimanakah nasib IHSG?

Jika berbicara secara historis, IHSG cenderung menguat di kuartal ke-IV. Sejak 2001-2020, tercatat IHSG memberikan return positif sebanyak 16 kali dengan. median return indeks yang menakjubkan di angka 4,7%.

Berikut adalah data historis return IHSG sepanjang kuartal IV selama 2001-2020 (periode 19 tahun)

Tahun

Q4 Returns

2001

-0.1%

2002

1.3%

2003

15.8%

2004

22.0%

2005

7.7%

2006

17.7%

2007

16.4%

2008

-26.0%

2009

2.7%

2010

5.8%

2011

7.7%

2012

1.3%

2013

-1.0%

2014

1.7%

2015

8.7%

2016

-1.3%

2017

7.7%

2018

3.6%

2019

2.1%

2020

22.8%

Jika menggunakan indikator teknikal, level resistance (batas tahanan atas) terdekat IHSG berada di 6.345 apabila berhasil konsisten berada di atas level tersebut maka IHSG berpeluang untuk menguji level 6.507 yang berada di sekitar level tertinggi IHSG yang sempat dicapai tahun ini.

Poin utama yang menjadi pendorong, penguatan IHSG di kuartal IV secara historis adalah adanya window dressing di penghujung tahun.

Window dressing sendiri bisa dibilang sebagai suatu strategi memoles laporan keuangan bagi emiten ataupun portofolio yang dimiliki oleh fund manager sehingga terlihat lebih cantik di mata investor.

Adanya fenomena window dressing di akhir tahun juga terbukti dari return IHSG yang selalu positif di bulan Desember sejak tahun 2001 seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tahun

Dec Returns

2001

3.1%

2002

8.8%

2003

12.1%

2004

2.3%

2005

6.0%

2006

5.0%

2007

2.1%

2008

9.2%

2009

4.9%

2010

4.9%

2011

2.9%

2012

0.9%

2013

0.4%

2014

1.5%

2015

3.3%

2016

2.9%

2017

6.8%

2018

2.3%

2019

4.8%

2020

6.5%

Selama dua dekade terakhir, apresiasi terendah IHSG di bulan Desember tercatat sebesar 0,4% pada 2013, kala itu momentumnya adalah tapering yang dilakukan bank sentral AS, The Fed.

Kemudian untuk apresiasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2013. IHSG berhasil memberikan imbal hasil bulanan sebesar 12,1% saat itu. Momentumnya juga kebetulan bertepatan dengan recovery pasar keuangan global pasca dot com bubble.

Potensi IHSG hingga akhir tahun untuk menguat hingga ke level 6.500 memang terlihat rasional dengan adanya skenario window dressing.

Namun investor juga patut mencermati beberapa sentimen yang bisa menjadi penghambat IHSG menuju level tersebut seperti munculnya gelombang ketiga, tapering the Fed yang agresif hingga risiko gagal bayar utang pemerintah AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular