
'Harta' Ini Bikin Rupiah Babat 3 Dolar Sekaligus!

Salah satu faktor yang menopang kejayaan rupiah adalah harga komoditas. Ini karena Indonesia adalah negara eksporir komoditas utama dunia.
Untuk batu bara, Indonesia adalah eksportir nomor satu. Kebetulan akhir-akhir ini harga si batu hitam sedang jaya-jayanya.
Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga si batu hitam melesat 170,81%. Rasanya tidak ada komoditas lain yang harganya melesat setinggi itu.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 228/ton. Melonjak 4,59% dari hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Selama sepekan terakhir, harga batu bara naik 17,27% secara point-to-point. Dalam sebulan ke belakang, kenaikannya mencapai 26,74%.
Kemudian ada minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di mana Indonesia juga merupakan eksportir terbesar dunia. Seperti batu bara, harga CPO pun sedang dalam tren menanjak.
Harga CPO mencatatkan kenaikan 1,44% pada pekan lalu. Dalam sebulan ke belakang, harga naik 6,22% dan sejak akhir 2020 melesat 25,14%.
Pada 30 September 2021, harga CPO ditutup di MYR 4.595/ton. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah perdagangan CPO.
Kenaikan harga komoditas berarti devisa hasil ekspor yang diterima Indonesia akan membengkak. Melimpahnya pasokan valas di perekonomian domestik menjadi pijakan kuat bagi stabilitas rupiah.
Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, menyebut kenaikan harga komoditas tidak hanya mendongrak kinerja ekspor Indonesia tetapi juga cadangan devisa. Per akhis Agustus 2021, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Tanah Air adalah US$ 144,78 miliar, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
"Cadangan devisa yang memadai akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah," ujar Tirta dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)