Review

Gak Nyangka Disalip IHSG, Emas Ambruk 3% Lebih di September!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
01 October 2021 14:42
FILE PHOTO: Gold bars are seen in this picture illustration taken at the Istanbul Gold Refinery in Istanbul March 12, 2013.  REUTERS/Murad Sezer/File Photo
Foto: Ilustrasi Emas (REUTERS/Murad Sezer)

Jakarta, CNBC Indonesia - , karena emas terpengaruh sentimen dari kebijakan moneter global yang mulai ke arah pengetatan.

Sepanjang September 2021, harga emas acuan dunia terkoreksi hingga 3,13% secara point-to-point. Harga emas terkoreksi ke level US$ 1.756,66/troy ons per 30 September kemarin.

Jika dibandingkan dengan pasar saham, terutama IHSG, harga emas jauh kalah dengan pergerakan IHSG yang terpantau menguat 2,22% sepanjang September.

Tantangan besar yang bakal dihadapi emas adalah kecenderungan kebijakan moneter global yang mulai mengarah ke pengetatan. Sejumlah bank sentral telah menaikkan suku bunga, seperti Norwegia, Korea Selatan, dan Brasil.

Namun yang ditunggu oleh pasar adalah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve. Dalam dotplot terakhir, semakin banyak anggota Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang ingin menaikkan Federal Funds Rate tahun depan. Lebih cepat dibandingkan perkiraan awal yaitu 2023.

Kenaikan suku bunga acuan dilakukan sebagai respons terhadap laju inflasi yang mulai terakselerasi. Jika suku bunga terus-menerus rendah sementara inflasi meninggi, maka perekonomian akan 'memanas' alias overheat. Ini akan menciptakan stagflasi, pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah padahal inflasi tinggi.

Saat suku bunga acuan naik, maka rezim suku bunga rendah resmi berakhir. Aset-aset keuangan akan memasukkan faktor inflasi sebagai pengurang imbalan. Imbalan investasi pun meningkat.

Sayangnya, emas adalah aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas saat iklim suku bunga tinggi tidak menguntungkan, sehingga mengurangi daya tarik untuk mengoleksi aset ini.

"Membeli emas saat ini lebih ke arah spekulasi, karena risiko penurunannya cukup tinggi. Apalagi kalau semakin banyak bank sentral yang menaikkan suku bunga," kata Peter Fertig, Analis di Quantitative Commodity Research, seperti dikutip dari Reuters.

Selain itu, harga emas mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan dolar AS, di mana pada September, dolar AS cenderung menguat %, terlihat dari Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia). Disaat sang greenback sedang perkasa, maka emas pun merana.

Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dengan dolar AS. Kala dolar AS terapresiasi, emas jadi lebih mahal buat investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas turun, harga pun mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS Kian Ganas, Investor Emas Jadi Cemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular