Bangun PLTS Terapung, TBS Energi Investasi US$ 200 Juta
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Pandu Sjahrir mengungkapkan perusahaan menyiapkan investasi hingga US$ 200 juta atau setara Rp 2,86 triliun (kurs Rp 14.300) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dengan kapasitas 330 megawatt. Dia mengatakan untuk tahap pertama kapasitas PLTS terapung yang dibangun sekitar 150 megawatt.
"Ada keinginan dari pemerintah dan presiden menjadikan Indonesia net zero karbon mengubah dari fossil fuel based menjadi energi terbarukan. Agustus lalu kita menjual saham di PT Paiton Energy dan fokus ke energi terbarukan," kata Pandu dalam CNBC Indonesia Awards 2021, Rabu (29/9/2021).
Dia menambahkan dengan pembangunan panel surya terapung akan lebih efisien karena tidak diperlukan pembebasan lahan, dan bisa diterapkan di daerah lain yang memiliki sungai. Pandu mengatakan setelah lebih dari satu dekade Indonesia mengandalkan batu bara, maka dua dekade berikutnya harus mengupayakan transisi menuju net zero karbon.
"Valuasi perusahaan renewable jauh lebih berlipat ganda dibandingkan perusahaan yang masih meninggalkan jejak karbon, dan itu menjadi challenge utama perusahaan," kata dia.
Perusahaan juga tengah fokus untuk menekan risiko di pasar, dan realokasi bisnis menjadi energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga angin, surya, hingga hydro. Pandu mengatakan fokus perusahaan saat ini lebih banyak di luar Jawa, terutama untuk memenuhi energi dan listrik yang terus meningkat.
"Kami tidak banyak investasi di Jawa tapi justru di luar Jawa, karena kami bisa mendapatkan harga, return, dan acceptance komunitasnya, dan mereka disana juga membutuhkan energi yang murah," ujar Pandu.
Pada Agustus lalu, perusahaan melepas kepemilikan saham perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PT Paiton Energy yang total nilai transaksinya US$ 68,86 juta. Pelepasan saham PLTU ini dilakukan dalam rangka pengembangan sumber daya energi terbarukan dan mengurangi jejak karbon yang tengah dilakukan TOBA.
Pihak perusahaan juga menyinggung terkait upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi nol (net zero emission) pada 2050 serta rencana untuk memberlakukan pajak karbon.
(rah/rah)