
TOBA Dinobatkan Jadi The Most Adorable Listed Energy Company

Jakarta, CNBC Indonesia - Berkat inisiatif dan terobosan di bidang energi terbarukan yang dilakukan PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) meraih penghargaan The Most Adorable Listed Energy Company dalam ajang CNBC Indonesia Award 2021 The Best Energy and Mining Companies.
Penghargaan ini diterima langsung oleh Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Pandu Sjahrir dalam ajang The Best Energy and Mining Companies, Rabu (29/9/2021).
"Terima kasih atas penghargaan yang diberikan, semoga kami bisa terus memberikan nilai tambah pada stakeholder, lingkungan, dan pemegang saham kami," kata Pandu dalam sambutannya.
TOBA menjadi salah satu perusahaan yang inisiatif membangun PLTS Terapung dengan kapasitas hingga 330 megawatt. Perusahaan juga mengalihkan fokusnya dari batu bara menjadi energi terbarukan yang lebih sustain.
Pandu mengatakan setelah lebih dari satu dekade Indonesia mengandalkan batu bara, maka dua dekade berikutnya harus mengupayakan transisi menuju net zero karbon.
"Valuasi perusahaan renewable jauh lebih berlipat ganda dibandingkan perusahaan yang masih mengandalkan karbon, dan itu menjadi challenge utama perusahaan,"kata dia.
Berdasarkan kajian Tim Riset CNBC Indonesia, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ada tiga saham energi yang memberikan pengembalian investasi (return) tertinggi bagi investor. Salah satunya adalah PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), yang bertransformasi dari sekadar perusahaan batu bara.
Menduduki posisi nomor wahid ada PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang mencetak kenaikan harga saham sebesar 694% dalam 5 tahun terakhir (per 20 September 2021). Lalu, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) sebagai runner up dengan apresiasi mencapai 408%.
Peringkat ketiga baru diduduki oleh TOBA dengan peningkatan harga saham mencapai 218%. Meski berada di posisi ketiga, TBS Energi masih lebih menjanjikan pertumbuhan harga ke depan, dibandingkan HRUM dan PTRO.
Hal ini tercermin dari rasio profitabilitas dan kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan modal. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata return on equity (ROE) TOBA mencapai 10,66% sedangkan PTRO di posisi kedua dengan 8,39% dan struktur utang yang rendah membuat HRUM memberikan ROE paling kecil 7,56%.
lonjakan harga saham TOBA dalam jangka panjang tersebut tak berujung pada lonjakan rasio harga terhadap laba per saham (price to earning/PE ratio), yang menunjukkan kenaikan harga saham TOBA sejalan dengan performa fundamentalnya yang impresif.
Rasio PE TOBA saat ini berada di kisaran 10 kali, atau lebih rendah dari rasio saham HRUM yang nyaris mencapai 20 kali, dua kali lipat dari rasio saham TOBA. Sebagai catatan, rasio PE Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini di kisaran 17 kali.
Hal ini mengindikasikan bahwa harga saham TOBA sekarang masih lebih murah dibandingkan dengan rata-rata harga saham di bursa efek. Peluang kenaikan harga ke depan pun masih terbuka, karena harga sekarang belum sepenuhnya mencerminkan profitabilitas perseroan.
Hingga semester I-2021 perusahaan masih mampu mencatatkan kenaikan laba sebesar 4,94% year on year (yoy) dari US$ 20,6 juta (Juni 2020) menjadi US$ 21,65 juta (Juni 2021) meskipun penjualan tertekan 13,9% yoy akibat pandemi.
Salah satu faktor kesuksesan TOBA dalam menjaga profitabilitasnya adalah dengan efisiensi biaya. Meskipun stripping ratio sedikit mengalami kenaikan, tetapi cash cost masih bisa ditekan. Mereka juga sukses memperbesar pasar ke China bahkan ketika pandemi. Pada 2019, pangsa pasar ke China baru sebesar 6%, dan tahun lalu telah mencapai 25%.
Di saat yang sama TOBA masih mampu menjaga coverage ratio-nya alias kemampuan untuk membayar kewajiban seperti utang di level yang masih sehat. Artinya TOBA masih lebih efisien dalam mengatur struktur modalnya.
Diversifikasi Menjadi Kunci
Berawal dari perusahaan batu bara, bisnis TBS Energi kini sudah sangat terdiversifikasi. Saat ini ada tiga unit bisnis yang digeluti perseroan, yakni sektor energi pembangkitan listrik, pertambangan batu bara dan perkebunan. Ketiganya terhitung strategis bagi perekonomian.
![]() |
Di sektor pembangkit listrik, perusahaan memiliki 5 unit pembangkit, salah satunya adalah pembangkit listrik Paiton. Meski kepemilikannya di Paiton tergolong minoritas (5%), di situ perseroan turut memiliki andil menyuplai 10% kebutuhan listrik di Jawa dan Bali dengan kapasitas mencapai 2.045 MW.
Pembangkit listrik Paiton saat ini juga merupakan fasilitas pemangkitan listrik yang dibangun pihak swasta (Independent Power Producer/IPP) dengan skala terbesar di Indonesia, dengan rekam jejak lebih dari 18 tahun.
TBS Energi juga terus ekspansif di sektor ini. Saat ini perseroan menggarap dua proyek pembangkit listrik di Sulawesi. Salah satu di Gorontalo yang progress-nya sudah berada di tahap procurement dan konstruksi dengan kapasitas 2x250 megawatt (MW).
Proyek kedua masih di pembanbgkit listrik tenaga uap (PLTU), di Sulawesi juga tepatnya di Minahasa (Provinsi Sulawesi Utara) dengan kapasitas pembangkit 2x250 MW yang saat ini sudah mencapai tahap konstruksi.
Di sektor pertambangan, perusahaan yang didirikan pada 2007 ini memiliki diversifikasi bisnis ke lini trading, logistik, hingga operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance/O&M). Artinya TBS Energi zplayak menyandang label integrated energy company.
Strategi TBS Energi 5 tahun terakhir yang ekspansif di tiga sektor strategis, transformasi menjadi perusahaan energi terinterasi (bukan lagi hanya batu bara), dan keberhasilannya melakukan cost efficiency, berujung pada valuasi yang menarik bagi investor.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGN Optimalkan Gas Bumi Untuk Transisi ke Renewable Energy
