
Berpulang, Ini Sepak Terjang Hadi Rahardja Pendiri Jababeka

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu pendiri perusahaan pengembang PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA), Hadi Rahardja meninggal dunia pada Minggu, 26 September 2021. Hadi adalah dua sekawan yang mendirikan Jababeka bersama Setyono Djuandi Darmono.
Informasi meninggalnya Hadi disampaikan manajemen Jababeka melalui Sekretaris Perusahaan KIJA, Budianto Liman, pada Selasa (28/9).
"Kami menyampaikan bahwa Bapak Hadi Rahardja selaku Komisaris Perseroan telah meninggal dunia pada hari Minggu 26 September 2021," kata Budianto, dalam keterangannya kepada Bursa Efek Indonesia.
Tak banyak literatur yang mencatat kiprah pendiri Grup Jababeka ini. Namun, mengacu situs resmi KIJA mencatat, almarhum Hadi adalah warga negara Indonesia, 78 tahun, dan menyelesaikan studi di Bandung, Jawa Barat.
Ia tercatat menjabat sebagai Komisaris Jababeka sejak tahun 2015 sampai sekarang berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 8 September 2021, terhitung sejak ditutupnya RUPST tersebut sampai dengan ditutupnya RUPST pada tahun 2024, meneruskan masa jabatan posisi sebelumnya.
Hadi merupakan salah seorang pendiri Jababeka dan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Jababeka sejak tahun 1997 sampai dengan 2012. Adapun pendiri lainnya yakni Setyono Djuandi Darmono yang menjabat Chairman dan founder KIJA.
Menurut penelitian yang ditulis Muhammd Fakhri dari Departemen Perencanaan Wilayah, Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan ITS bertajuk Arahan Pengembangan Kawasan Industri Jababeka Cikarang Kabupaten Bekasi menuju Kota Baru, disebutkan, pada awal pendiriannya, perusahaan pengembang kawasan industri ini memulai sejarah dan kiprahnya dari pemberian izin Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 1989.
Saat itu, izin diberikan kepada konsorsium 21 pengusaha untuk mengembangkan sebuah lahan bekas galian bata dan genteng tak produktif, untuk menjadi kawasan industri.
Kawasan industri Jababeka terletak 35 kilometer sebelah timur Kota Jakarta, dan memiliki lokasi yang strategis di sepanjang koridor Bekasi Cikampek.
Kata Jababeka sendiri merupakan akronim dari Jawa Barat-Bekasi, sebuah paduan dari nama Kabupaten Bekasi sebagai tempat kawasan industri itu dikembangkan, serta restu yang diperoleh dari pemerintah provinsi Jawa Barat.
Awalnya, Jababeka dikembangkan di lahan seluas 500 hektare di Cikarang, Bekasi, dengan Unilever dan United Tractors sebagai tenant pertama yang tengah membutuhkan pengembangan pabrik di kawasan itu.
Setelah mengalami berbagai perluasan di tahun-tahun berikutnya, pengembangan kawasan industri Jababeka di Cikarang telah diisi sekitar 1.650 perusahaan yang berasal dari 30 negara sebagai tenant. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain seperti Samsung Electronic, ICI, Mattel, KAO, United Tractors, Akzo Nobel, dan Nissin. Di kawasan ini telah tertampung sebanyak 730.000 pekerja dan 10.000 ekspatriat.
Kawasan ini pun terus berkembang menjadi sebuah kawasan industri, seluas 5.600 hektare dan merupakan kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara. Kawasan industri Jababebeka telah berkembang dari sebuah lahan kosong menjadi sebuah komunitas besar dengan penduduk sekitar 1 juta orang.
Di balik kemajuan itulah, di antaranya ada peran dari Hadi Rahardja mengembangkan KIJA terus berkembang seperti sekarang ini.
Dari pasar modal, saham KIJA turun 1,26% jelang penutupan perdagangan sesi I, Rabu ini (29/9), di level Rp 157/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 3,27 triliun. Sepekan saham ini naik 0,64% dan 3 bulan terakhir masih koreksi 8,7%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babak Baru Kisruh Jababeka, Manajemen Lama Menang!
