
Tambah Modal Triliunan, Bank Mini Berlomba Mau Naik Kelas

6. Allo Bank Indonesia (BBHI)
PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, menargetkan untuk masuk dalam KBMI 2 alias Kelompok Bank Modal Inti 2 dengan modal di atas Rp 6 triliun hingga Rp 14 triliun. Untuk itu perusahaan akan melakukan rights issue.
Rencananya, jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 11 miliar dengan nilai nominal Rp 100/saham. Harga pelaksanaannya akan ditetapkan kemudian oleh direksi setelah mendapatkan kuasa dalam RUPSLB.
RUPSLB ini akan dilaksanakan pada 15 Oktober 2021 mendatang. Sedangkan pelaksanaan HMETD tersebut akan berlaku paling lama 12 bulan setelah RUPSLB tersebut dilangsungkan.
"Dana akan digunakan sebagai penguatan modal perseroan yang akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan termasuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi atau yang dikenal dengan bank digital," tulis keterbukaan itu.
Saat ini pemegang saham mayoritas perusahaan adalah PT Mega Corpora, perusahaan milik pengusaha nasional Chairul Tanjung dengan kepemilikan sebesar 90%.
Mega Corpora memiliki opsi untuk dapat mengalihkan hak untuk mengalihkan hak rights issue-nya ini kepada pihak lain yang memiliki komitmen untuk mendukung permodalan dan kegiatan usaha perusahaan.
Hal ini sejalan dengan adanya ketentuan untuk mengalihkan saham yang dikuasai akibat Penawaran Tender Wajib sehingga kepemilikan melebihi 80% dapat dilakukan melalui pengalihan HMETD dalam pelaksanaan rights issue.
7. Bank Maspion Indonesia (BMAS)
Emiten bank milik pengusaha nasional Alim Markus, PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) sudah mendapat restu pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Investor Thailand, Kasikorn Vision Company dipastikan akan menyerap rencana penambahan modal melalui HMETD Bank Maspion sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru. Hal itu sudah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 8 April 2021 di Surabaya, Jawa Timur.
Belum ditetapkan harga pelaksanaan rights issue ini, namun, CNBC Indonesia sebelumnya mencatat, jika mengacu pada pergerakan harga saham BMAS rata-rata di kisaran Rp 1.370 sampai dengan Rp 1.610 per saham, maka dari rights issue ini, diperkirakan perseroan akan meraih dana sebesar Rp 3,13 triliun sampai dengan Rp 3,68 triliun.
Adapun kabar terbaru, pada 13 Juli lalu, pihak Bank Maspion mengumumkan rencana perubahan struktur dan perpanjangan waktu rights issue hingga waktu yang belum ditentukan.
8. Bank MNC Internasional (BABP)
Bank Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) sedang melakukan penambahan modal melalui rights issue.
BABP berencana menambah modal melalui HMETD, menargetkan 14.234.614.922 saham seri B, dengan rasio 2:1 (dua saham lama akan mendapatkan satu HMETD), maksimal 33,33% dari total modal disetor setelah HMETD.
Dengan harga eksekusi HMETD sebesar Rp 318, BABP menargetkan penghimpunan dana segar hingga Rp 4,5 triliun.
Manajemen BABP menjelaskan, seluruh dana hasil rights issue tersebut 100% akan digunakan untuk, pertama, untuk memperkuat struktur permodalan MNC Bank, memperluas kapasitas pinjaman MNC Bank dan akuisisi nasabah secara digital untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan, serta untuk pengembangan aplikasi MotionBanking.
Manajemen BABP dalam pernyataan resmi mengungkapkan alasan di balik serapan dari sang pemilik terbesar saham BABP tersebut yang hanya Rp 200 miliar.
Menurut manajemen, ada investor strategis yang akan berinvestasi di BABP melalui private placement, menyusul pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) BABP yang telah disetujui OJK. Hanya saja belum diungkapkan siapa investor strategis yang akan masuk.
Sebagai informasi, periode perdagangan rights issue BABP berlangsung pada 14 -27 September 2021.
9. Bank Oke Indonesia (DNAR)
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) berencana menambah modal dalam rangka Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) dengan skema rights issue sebanyak-banyaknya 2.537.197.095 (2,54 miliar) saham baru.
Mengacu pada prospektus perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/9/2021), nilai nominal rights issue tersebut sebesar Rp 100 per saham.
Adapun harga pelaksanaan aksi korporasi ini sebesar Rp 197 per saham sehingga secara total dana yang akan diraup berjumlah Rp 499.827.827.715 (Rp 499,83 miliar).
Sebelumnya, para pemegang saham Bank Oke sudah memberi lampu hijau atas rights issue ini dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 5 Mei 2021.
APRO Financial Co. Ltd. sebagai pemegang saham utama Bank Oke telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh HMETD-nya untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam rangka PUT III.
APRO Financial juga bertindak sebagai pembeli siaga, yang akan membeli seluruh sisa saham yang ditawarkan dan tidak diambil bagian oleh Pemegang HMETD dalam PUT III atau sebanyak-banyaknya 166.609.208 (166,60 juta) saham dengan harga pelaksanaan seperti disebutkan di atas.
Sebagai informasi, APRO adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektor consumer loan.
Pihak Bank Oke menjelaskan, dana yang diperoleh dari hasil PUT III, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha Perseroan.
"Yaitu disalurkan dalam bentuk pemberian kredit," kata manajemen Bank Oke, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (24/9).
Adapun pemegang saham lama yang tidak melaksanakan haknya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan saham (dilusi) sebesar 17,99% setelah rights issue dilaksanakan.
Mengenai jadwal PUT III ini, periode perdagangan dan periode pembayaran pelaksanaan HMETD dilaksanakan pada 8-14 Oktober 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)[Gambas:Video CNBC]
