
Tambah Modal Triliunan, Bank Mini Berlomba Mau Naik Kelas

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Sejumlah bank mini alias bank dengan modal inti Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun sedang ramai-ramai melakukan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Kebanyakan bank mini tersebut menggelar rights issue dengan tujuan menambah modal berkaitan dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan modal minimal bank Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun tahun depan. Selain itu, beberapa di antaranya sedang bersiap menjadi bank digital.
Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia merangkum 9 bank mini yang sedang dan akan melakukan rights issue dalam waktu dekat.
1. Bank JTrust Indonesia (BCIC)
Pemegang saham PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC) menyetujui rencana rights issue sebanyak 4.545.504.522 saham atau setara dengan 45,40% saham seri C dengan nominal Rp 100/saham.
Berdasarkan prospektus perusahaan, harga pelaksanaan sebesar Rp 330/saham, dengan nilai emisi saham dalam rights issue ini sebanyak-banyaknya Rp 1.500.016.492.260 (Rp 1,5 triliun).
Pelaksanaan rights issue ini ditujukan untuk meningkatkan modal dasar bank yang sebelumnya bernama Bank Century ini menjadi senilai Rp 20 triliun.
Sebelumnya, aksi korporasi ini telah mendapat restu dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 23 Juli 2021.
Dalam rights issue ini, Pemegang Saham Utama Perseroan yakni J Trust Co., Ltd., Jepang, J Trust Asia Pte. Ltd., Singapura dan PT JTrust Investments Indonesia bersama-sama akan melakukan penyetoran saham, yang dilakukan dengan kompensasi Komponen Ekuitas Lain dan Konversi Hak Tagih dari Pinjaman Subordinasi seluruhnya bersama-sama senilai Rp. 1.362.124.750.000 atau (Rp 1,36 triliun) dalam PMHMETD.
Bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya akan mengalami penurunan kepemilikan saham (dilusi) sebesar 29,19%. Periode pelaksanaan HMETD berlangsung pada 5-11 November 2021.
2. Bank Capital Indonesia (BACA)
PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) berencana melakukan rights issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 20 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100.
Harga pelaksanaan sendiri belum ditetapkan. Namun, jika mengacu pada harga terendah saham BACA di awal tahun yakni Rp 376/saham, potensi dana yang bisa diraih mencapai Rp 7,5 triliun.
HMETD ini diperdagangkan di BEI dan dilaksanakan mulai 26 Oktober 2021 sampai dengan 2 November 2021.
Sebelumnya, aksi korporasi ini sudah mendapatkan restu para pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 25 Agustus 2021.
Dalam rights issue ini, PT Inigo Global Capital (IGC) selaku pemegang saham BACA sebesar 14,71% menyatakan akan melaksanakan HMETD yang dimiliki sesuai dengan porsi kepemilikannya.
Kemudian, PT Delta Indo Swakarsa selaku pemegang saham 13,96% menyatakan akan melaksanakan HMETD yang dimiliki sesuai dengan porsi kepemilikan. Dalam hal terdapat pemegang saham Perseroan yang tidak melaksanakan HMETD yang dimilikinya secara penuh, maka pemegang saham tersebut akan mengalami dilusi.
Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan.
"Dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD IV kepada para Pemegang Saham Perseroan dalam rangka penerbitan HMETD, setelah dikurangi dengan biaya-biaya Emisi yang menjadi kewajiban Perseroan, akan digunakan untuk modal kerja," jelas manajemen BACA dikutip CNBC Indonesia, Kamis (23/9).
3. Bank Ina Perdana (BINA)
Emiten bank yang terafiliasi dengan Grup Salim, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) berencana menambah modal melalui skema rights issue sebanyak-banyaknya 282,71 juta saham.
Berdasarkan prospektus yang dipublikasikan Bank Ina, jumlah saham yang diterbitkan dalam Penawaran Umum Terbatas (PUT) III ini sebesar 4,76% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor perseroan.
Nilai nominal dari rights issue ini sebesar Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan berkisar Rp 4.200 sampai Rp 4.380 per saham. Sehingga, potensi jumlah dana yang dihimpun dari rights issue ini sebesar Rp 1,24 triliun.
Anthoni Salim, melalui PT Indolife Pensiontama selaku pengendali saham perseroan menyatakan kesiapannya untuk menambah porsi saham BINA.
"PT Indolife Pensiontama sebagai pemegang saham Pengendali telah menyatakan akan melaksanakan HMETD yang menjadi haknya dalam PUT III.
Apabila saham yang ditawarkan dalam PUT III ini tidak seluruhnya diambil oleh pemegang Saham atau pemegang bukti HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada Pemegang Saham lainnya," tulis prospektus tersebut, Kamis (16/9/2021).
Seperti diketahui, rencana rights issue ini sudah mendapat persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Ina Perdana untuk tahun buku 2020.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu, sebelumnya mengatakan, para pemegang saham perseroan yang saat itu tercatat besar kemungkinan menyerap HMETD tersebut. "Kemungkinan pemegang saham utama ikut serta," katanya usai RUPSLB, di Jakarta, Rabu (16/6/2021).
Ia menambahkan, persetujuan right issue tersebut memuluskan rencana peningkatan modal inti hingga Rp 2 triliun pada akhir tahun 2021.
4. Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI)
Bank yang disokong peer to peer lending Kredivo, PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) akan melakukan penerbitan saham baru dengan skema rights issue untuk yang kedua kalinya (Penawaran Umum Terbatas/PUT II).
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BBSI diwakili oleh Presiden Direktur BBSI Laniwati Tjandra mengatakan perseroan berencana untuk melakukan PUT II dengan jumlah sebanyak-banyaknya 434.782.609 saham dengan nilai nominal Rp 100/saham.
Jumlah itu setara dengan 12,56% dari modal disetor perseroan. Saham Lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada tanggal 16 November 2021 pukul 16.00 WIB berhak atas HMTED perusahaan.
Dana hasil rights issue ini seluruhnya akan digunakan oleh perseroan untuk memperkuat struktur permodalan demi memenuhi ketentuan modal inti OJK dan sebagai tambahan modal kerja dalam rangka pemberian kredit kepada nasabah yang akan direalisasikan secara bertahap.
Para pemegang saham perseroan yang tidak menggunakan haknya untuk memesan efek terlebih dahulu, persentase kepemilikan saham secara keseluruhan akan terdilusi sebesar maksimum 12,56%. Adapun periode pelaksanaan rights issue akan berlangsung pada 18-24 November 2021.
Asal tahu saja, Kredivo atau FinAccel Teknologi Indonesia saat ini mempunyai kepemilikan saham sebesar 24% sampai dengan 31 Agustus 2021.
5. Bank Neo Commerce (BBYB)
Pemegang saham bank yang dicaplok startup fintech Tanah Air PT Akulaku Silvrr Indonesia pada 2019 PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) akan kembali menggelar rights issue lewat Penawaran Umum Terbatas (PUT) V.
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan RUPSLB BBYB pada Senin (20/9) pekan lalu. Dalam rapat tersebut, agenda rights issue disetujui dengan penambahan modal dasar perseroan dari sebelumnya Rp1,5 triliun menjadi Rp3 triliun.
Dengan demikian, terjadi perubahan modal dasar dari semula sebanyak 15 miliar lembar saham senilai Rp 1,5 triliun menjadi sebanyak 30 miliar lembar saham senilai Rp 3 triliun dengan nominal Rp 100 per lembar saham.
Tjandra menjelaskan tujuan perubahan modal dasar perseroan sejalan dengan rencana penambahan modal disetor perseroan guna memenuhi POJK tentang pemenuhan modal minimum bank. Selain itu juga untuk menunjang akselerasi kami sebagai bank digital ke depannya.
Untuk diketahui, penambahan modal ini rencananya akan dilakukan melalui skema rights issue dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp 2,5 triliun.
Sebelumnya Tjandra menyebutkan peningkatan modal hingga Rp 3 triliun ini tak hanya memenuhi ketentuan OJK, tapi menjadi bagian rencana kami dalam bertransformasi menjadi bank digital
"Rights issue sekarang sedang berjalan, target kami [bisa menghimpun dana] HMETD Rp 2,5 triliun," ungkap Tjandra dalam paparan publik, Senin (6/9/2021).
Bank bersandi BBYB ini akan menggunakan dana hasil rights issue tersebut akan digunakan untuk belanja modal dan meningkatkan modal inti. Sisanya untuk investasi di sektor teknologi dan informasi (IT) dan belanja operasional.
6. Allo Bank Indonesia (BBHI)
PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, menargetkan untuk masuk dalam KBMI 2 alias Kelompok Bank Modal Inti 2 dengan modal di atas Rp 6 triliun hingga Rp 14 triliun. Untuk itu perusahaan akan melakukan rights issue.
Rencananya, jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 11 miliar dengan nilai nominal Rp 100/saham. Harga pelaksanaannya akan ditetapkan kemudian oleh direksi setelah mendapatkan kuasa dalam RUPSLB.
RUPSLB ini akan dilaksanakan pada 15 Oktober 2021 mendatang. Sedangkan pelaksanaan HMETD tersebut akan berlaku paling lama 12 bulan setelah RUPSLB tersebut dilangsungkan.
"Dana akan digunakan sebagai penguatan modal perseroan yang akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan termasuk mengembangkan kegiatan usaha dalam bidang kredit dengan inovasi teknologi atau yang dikenal dengan bank digital," tulis keterbukaan itu.
Saat ini pemegang saham mayoritas perusahaan adalah PT Mega Corpora, perusahaan milik pengusaha nasional Chairul Tanjung dengan kepemilikan sebesar 90%.
Mega Corpora memiliki opsi untuk dapat mengalihkan hak untuk mengalihkan hak rights issue-nya ini kepada pihak lain yang memiliki komitmen untuk mendukung permodalan dan kegiatan usaha perusahaan.
Hal ini sejalan dengan adanya ketentuan untuk mengalihkan saham yang dikuasai akibat Penawaran Tender Wajib sehingga kepemilikan melebihi 80% dapat dilakukan melalui pengalihan HMETD dalam pelaksanaan rights issue.
7. Bank Maspion Indonesia (BMAS)
Emiten bank milik pengusaha nasional Alim Markus, PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) sudah mendapat restu pemegang saham untuk melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Investor Thailand, Kasikorn Vision Company dipastikan akan menyerap rencana penambahan modal melalui HMETD Bank Maspion sebanyak-banyaknya 2,28 miliar saham baru. Hal itu sudah diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 8 April 2021 di Surabaya, Jawa Timur.
Belum ditetapkan harga pelaksanaan rights issue ini, namun, CNBC Indonesia sebelumnya mencatat, jika mengacu pada pergerakan harga saham BMAS rata-rata di kisaran Rp 1.370 sampai dengan Rp 1.610 per saham, maka dari rights issue ini, diperkirakan perseroan akan meraih dana sebesar Rp 3,13 triliun sampai dengan Rp 3,68 triliun.
Adapun kabar terbaru, pada 13 Juli lalu, pihak Bank Maspion mengumumkan rencana perubahan struktur dan perpanjangan waktu rights issue hingga waktu yang belum ditentukan.
8. Bank MNC Internasional (BABP)
Bank Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) sedang melakukan penambahan modal melalui rights issue.
BABP berencana menambah modal melalui HMETD, menargetkan 14.234.614.922 saham seri B, dengan rasio 2:1 (dua saham lama akan mendapatkan satu HMETD), maksimal 33,33% dari total modal disetor setelah HMETD.
Dengan harga eksekusi HMETD sebesar Rp 318, BABP menargetkan penghimpunan dana segar hingga Rp 4,5 triliun.
Manajemen BABP menjelaskan, seluruh dana hasil rights issue tersebut 100% akan digunakan untuk, pertama, untuk memperkuat struktur permodalan MNC Bank, memperluas kapasitas pinjaman MNC Bank dan akuisisi nasabah secara digital untuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan, serta untuk pengembangan aplikasi MotionBanking.
Manajemen BABP dalam pernyataan resmi mengungkapkan alasan di balik serapan dari sang pemilik terbesar saham BABP tersebut yang hanya Rp 200 miliar.
Menurut manajemen, ada investor strategis yang akan berinvestasi di BABP melalui private placement, menyusul pelaksanaan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) BABP yang telah disetujui OJK. Hanya saja belum diungkapkan siapa investor strategis yang akan masuk.
Sebagai informasi, periode perdagangan rights issue BABP berlangsung pada 14 -27 September 2021.
9. Bank Oke Indonesia (DNAR)
PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) berencana menambah modal dalam rangka Penawaran Umum Terbatas III (PUT III) dengan skema rights issue sebanyak-banyaknya 2.537.197.095 (2,54 miliar) saham baru.
Mengacu pada prospektus perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/9/2021), nilai nominal rights issue tersebut sebesar Rp 100 per saham.
Adapun harga pelaksanaan aksi korporasi ini sebesar Rp 197 per saham sehingga secara total dana yang akan diraup berjumlah Rp 499.827.827.715 (Rp 499,83 miliar).
Sebelumnya, para pemegang saham Bank Oke sudah memberi lampu hijau atas rights issue ini dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 5 Mei 2021.
APRO Financial Co. Ltd. sebagai pemegang saham utama Bank Oke telah menyatakan kesanggupannya untuk melaksanakan seluruh HMETD-nya untuk membeli saham baru yang diterbitkan dalam rangka PUT III.
APRO Financial juga bertindak sebagai pembeli siaga, yang akan membeli seluruh sisa saham yang ditawarkan dan tidak diambil bagian oleh Pemegang HMETD dalam PUT III atau sebanyak-banyaknya 166.609.208 (166,60 juta) saham dengan harga pelaksanaan seperti disebutkan di atas.
Sebagai informasi, APRO adalah perusahaan pembiayaan dari Korea Selatan yang berfokus di sektor consumer loan.
Pihak Bank Oke menjelaskan, dana yang diperoleh dari hasil PUT III, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk pengembangan usaha Perseroan.
"Yaitu disalurkan dalam bentuk pemberian kredit," kata manajemen Bank Oke, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (24/9).
Adapun pemegang saham lama yang tidak melaksanakan haknya akan mengalami penurunan persentase kepemilikan saham (dilusi) sebesar 17,99% setelah rights issue dilaksanakan.
Mengenai jadwal PUT III ini, periode perdagangan dan periode pembayaran pelaksanaan HMETD dilaksanakan pada 8-14 Oktober 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APRO Financial akan Serap Rp 500 M Saham Baru Bank Oke
