
Dow Futures Anjlok Menyusul Kekhawatiran Seputar Evergrande

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) tertekan pada Jumat (24/9/2021), di tengah pekan penuh volatilitas.
Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 167 poin (-0,4%) dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq juga melemah, masing-masing sebesar 0,5% dan 0,7%.
Investor mengkhawatirkan dampak ambruknya raksasa properti China Evergrande Group yang nyaris gagal bayar (default). Indeks Hang Seng pun terpelanting 4%. Indeks kecemasan pasar, Cboe Volatility index, melompat do atas level 25, menjadi yang tertinggi sejak Mei.
Kebijakan tegas pemerintah China melarang bitcoin memperburuk sentimen pasar, terutama saham teknologi. Bank sentral China mengatakan bahwa semua kegiatan terkait mata uang kripto adalah ilegal.
Bank sentral China juga menegaskan bahwa bursa mata uang kripto China adalah ilegal. Bitcoin anjlok 5% sedangkan ether ambruk 9%.Saham terkait kripto anjlok di sesi pra-pembukaan. Saham bursa bitcoin yakni Coinbase anjlok lebih dari 3%.
Saham Nike anjlok 5% di sesi pra-pembukaan setelah raksasa produsen sepatu tersebut melaporkan pertumbuhan pemasukan yang meleset dari ekspektasi analis menyusul pelemahan permintaan di Amerika Utara.
Pasar sempat menguat setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan akan mempertahankan kebijakan moneter ekstra longgarnya. Investor juga bertaruh bawa krisis utang Evergrande tak akan mengganggu pasar global.
Saham Dow Jones menguat 500 poin pada Kamis menjadi kinerja terbaiknya sejak 20 Juli. Indeks S&P 500 tumbuh 1,2%, sedangkan Nasdaq tumbuh 1%. Sepanjang pekan berjalan, Dow Jones naik 0,5%, sedangkan S&P 500 tumbuh 0,4% sepekan, dan Nasdaq naik sekitar 0,1%.
Investor masih menunggu apakah Evergrande bakal bisa membayar bunga utang senilai US$ 83 juta atas obligasi denominasi dolar AS. kecemasan seputar Evergrande memukul pasar global dan mengawali pekan sehingga Dow Jones anjlok lebih dari 600 poin.
"Jika Evergrande gagal, eksposur di luar China sepertinya terbatas, dan karena pemerintah akan melakukan apapun untuk mengatasinya," tutur Edward Moya, analis pasar senior Oanda, sebagaimana dikutip CNBC international.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebijakan Pajak Biden Perberat Pergerakan Dow Futures dkk