Kebijakan Pajak Biden Perberat Pergerakan Dow Futures dkk

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) cenderung variatif pada perdagangan Rabu (28/4/2021), menyusul antisipasi rilis kinerja emiten teknologi dan pengumuman kebijakan moneter.
Kontrak futures indeks S&P 500 cenderung flat sedangkan Nasdaq melemah hanya 0,2% dari nilai wajarnya. Kontrak serupa indeks Dow Jones Industrial Average melemah 73 poin menyusul koreksi saham Boeing di sesi pra-pembukaan sebesar 1%
Saham produsen pesawat terbang tersebut melaporkan kerugian bersih kuartal I-2021 yang merupakan kerugian dalam 6 kuartal berturut-turut. Sebaliknya, saham Microsoft anjlok 2% meski setelah kinerjanya terbukti melampaui ekspektasi analis dengan pertumbuhan pendapatan terbesar sejak 2018.
Induk usaha Google yakni Alphabet melaporkan kinerja yang melampaui ekspektasi kemarin, sehingga saham raksasa teknologi melesat lebih dari 5% di sesi pra-pembukaan. Perseroan mencetak kenaikan pendapatan hingga 34% secara tahunan. Saham AMD dan Visa menguat.
Starbucks mendongkrak outlook kinerja setahun penuh pada 2021 menyusul kembalinya penjualan dan keuntungan di toko yang sama (same-store sales growth/SSSG) ke level sebelum pandemi. Saham Starbucks melemah 1,5%.
Pada Selasa, mayoritas indeks saham bergerak flat. Indeks Dow Jones naik hanya 3,36 poin (+0,1%) ke 33.984,93. Sebaliknya, S&P 500 surut 0,9 poin (-0,02%) ke 4.186,72 dan Nasdaq drop 48,6 poin (-0,34%) ke 14.090,22. Apple dan Facebook bakal merilis kinerja keuangannya usai penutupan pasar hari ini.
Bank sentral terkuat dunia tersebut akan mengumumkan hasil rapat 2-harinya pada Rabu waktu setempat (Kamis dinihari waktu Indonesia). The Fed diperkirakan tak mengubah kebijakannya, tetapi ekonom memperkirakan kebijakan sekarang dipertahankan meski inflasi meninggi.
Investor juga menunggu rilis kinerja emiten teknologi andalan AS yakni Apple dan Facebook yang akan merilis kinerja keuangan pada Rabu setelah penutupan pasar. Dari sisi ekonomi makro, pemodal akan memantau rilis sentimen konsumen Jerman versi GfK dan penjualan ritel Irlandia serta Swedia per Maret.
"Pertanda apapun yang muncul dalam pernyataan Dewan Gubernur atau di konferensi pers seelah itu mengenai kemungkinan penghentian kebijakan pelonggaran kuantitatif-kapan dan secepat apa-akan menggerakkan pasar saham dan obligasi," tutur Kepala Perencana Investasi Leuthold Group Jim Paulsen, kepada CNBC International.
Sementara itu, Presiden Joe Biden dijadwalkan mengumumkan detil rencana belanja US$ 1,8 triliun dan kebijakan pajak. Rencana tersebut akan mendongkrak pajak penghasilan (Pph) menjadi 39,6% bagi kaum terkaya AS dan keuntungan transaksi di pasar modal bagi mereka yang meraup penghasilan US$ 1 juta lebih.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Abaikan Shutdown, Dow Futures Menguat 94 Poin
(ags/ags)