
Bukan Tapering, Dot Plot The Fed Lebih 'Ngeri' Bagi Indonesia

Pada tahun 2013, tapering yang dilakukan The Fed memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum. Rupiah menjadi salah satu korban keganasan taper tantrum kala itu. Sejak The Fed mengumumkan tapering pada Juni 2013 nilai tukar rupiah terus merosot hingga puncak pelemahan pada September 2015.
Di akhir Mei 2013, kurs rupiah berada di level Rp 9.790/US$ sementara pada 29 September 2015 menyentuh level terlemah Rp 14.730/US$, artinya terjadi pelemahan lebih dari 50%.
![]() |
Saat itu, pasar dikejutkan dengan pengumuman tapering. Sementara saat ini The Fed sudah menyampaikannya jauh-jauh hari sehingga pasar lebih bersiap, dan taper tantrum diperkirakan tidak akan terjadi.
Tetapi, dengan dot plot terbaru, artinya ada risiko suku bunga naik setelah tapering selesai. Ini tentunya akan lebih cepat ketimbang tahun 2013. Saat itu tapering selesai di bulan Oktober 2014, dan suku bunga baru dinaikkan pada Desember 2015. Artinya, ada jeda lebih dari satu tahun.
Sementara kali ini, kemungkinan jeda bisa jadi kurang dari 6 bulan, sebab The Fed berpeluang besar mulai melakukan tapering pada bulan Desember nanti.
Mengingat bulan depan tidak ada rapat kebijakan moneter The Fed, maka peluang tapering dilakukan Desember semakin besar. The Fed baru akan mengadakan rapat lagi pada bulan November, dan sangat kecil kemungkinannya langsung melakukan tapering, sebab hal tersebut bisa memicu gejolak di pasar finansial.
Skenario yang paling mungkin, pengumuman dilakukan di November, dan tapering pertama pada bulan Desember.
Peluang tapering di akhir tahun semakin menguat melihat proyeksi suku bunga terbaru The Fed. Mayoritas anggota The Fed kini melihat suku bunga akan dinaikkan tahun depan, lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada tahun 2023.
Apalagi Powell juga menyatakan tapering akan selesai pertengahan tahun depan. Nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar per bulan.
Dari total US$ 120 miliar/bulan saat ini, The Fed membeli Treasury sebesar US$ 80 miliar/bulan dan efek beragun aset KPR US$ 40 miliar/bulan.
Kepala investasi di BlackRock, Rick Rieder, memperkirakan saat tapering dilakukan The Fed akan memangkas US$ 10 miliar pembelian obligasi (Treasury) dan US$ 5 miliar pembelian efek beragun aset KPR.
Artinya, jika The Fed konsisten setiap bulannya melakukan tapering US$ 10 miliar untuk Treasury dan US$ 5 miliar, maka nilai quantitative easing baru akan nol dalam tempo 8 bulan. Persis seperti proyeksi Powell selesai di pertengahan tahun depan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Tidak Ahead The Curve?
