Warning Goldman Sachs! Tetap Waspada Efek Ngeri Evergrande

Ferry Sandria, CNBC Indonesia
23 September 2021 17:00
Goldman Sach

Jakarta, CNBC Indonesia - China Evergrande, raksasa properti yang bermasalah kini menjadi simbol bobroknya pengelolaan utang dan aspek likuiditas di negara ekonomi terbesar kedua di dunia. Evergrande menghadapi tekanan keuangan luar biasa dan telah mempekerjakan ahli restrukturisasi untuk menjelajahi semua solusi yang layak demi masa depan perusahaan.

Nasib perusahaan yang masih belum jelas, menyebabkan munculnya ketakutan terbesar investor yakni terjadinya penularan di dalam negeri China dan bahkan juga secara global akibat krisis properti ini.

"Kami percaya bahwa gangguan lebih lanjut pada operasi pengembangan properti perusahaan merupakan sentimen paling negatif terhadap pembeli properti domestik dan investor, serta berpotensi meluas ke sektor properti yang lebih luas," tulis Kenneth Ho dan Chakki Ting dari Goldman Sachs dalam catatannya.

Analis dari Goldman Sachs tersebut percaya bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan potensi krisis ini meluas ke sektor kredit dan ekonomi yang lebih luas.

Pertama, terganggunya operasi pengembangan properti di dalam negeri, Evergrande sendiri mengakui pemberitaan negatif telah menyebabkan turunnya kepercayaan calon pembeli properti.

Sementara itu jika operasi properti dapat dipertahankan, maka dampak yang negatif yang semula diperkirakan akan terjadi pada bisnis real estat lainnya dapat diselamatkan, ungkap analis pasar modal tersebut.

Kedua, sempat turunnya performa saham di Bursa Hong Kong serta surat utang yang diperdagangkan di luar China, yakni EVERRE dan TIANHL. Analis Goldman mencatat suksesnya restrukturisasi utang tentu akan membatu prospek pemulihan di luar China

EVERRE sendiri diterbitkan oleh perusahaan induk di luar China Daratan yang dijamin oleh beberapa anak perusahaan di luar China, sedangkan TIANHL diterbitkan perusahaan tujuan khusus dan dijamin oleh anak usaha serta dukungan kredit melalui perjanjian keepwell dari Hengda real Estate. Artinya ketika perusahaan wanprestasi, perjanjian keepwell memberikan jalan bagi perusahaan untuk mencairkan dana di luar negeri untuk pembayaran obligasi.

Hal ini juga menyebabkan pemulihan dari potensi restrukturisasi utang Evergrande akan memberikan dampak yang berbeda terhadap kedua surat utang tersebut, mengingat keduanya memiliki struktur yang berbeda.

Kenneth Ho dan Chakki Ting dalam laporan tersebut juga berusaha mengungkapkan dampak upaya restrukturisasi terhadap pemegang surat utang. Total keseluruhan surat utang EVERRE yang diterbitkan senilai US$ 14 miliar, sedangkan TIANHL sebesar US$ 5,2 miliar.

Akan tetapi karena banyak informasi yang tidak tersedia, analis Goldman mengingatkan investor untuk terus berjaga-jaga.

"Dikarenakan kompleksitas Grup Evergrande, serta informasi yang kurang memadai terkait aset dan liabilitas perusahaan, sulit untuk memastikan gambaran tepat akan prospek pemulihan," tulis Kenneth dan Chakki.

Kedua analis Goldman Sachs tersebut juga memaparkan kemungkinan opsi yang dapat dieksplorasi perusahaan, termasuk investasi pihak ketiga, restrukturisasi perusahaan, atau perombakan utang dan ekuitas.

Dikutip dari Industry Leaders Magazine, JP Morgan juga memiliki pendapat yang mirip. "Dengan kejadian baru-baru, kami percaya manuver tambahan diperlukan oleh pemerintah untuk mencegah potensi limpahan," menurut catatan bank investasi Amerika Serikat tersebut secara terpisah.

"Jika politisi mengikuti arahan pemerintah untuk memastikan pasar perumahan yang stabil, kami tidak mengharapkan gagal bayar perusahaan akan terlalu mengganggu sektor ini," tambah JPMorgan.

China telah melihat banyak perusahaan besar dan entitas yang dikelola negara gagal membayar utang setelah pandemi. Secara tradisional, negara biasanya turun tangan untuk menyelamatkan perusahaan yang dililit utang, namun, pasar utang China telah mengalami gelombang wanprestasi sejak akhir tahun 2020 karena pendapatan bisnis tersendat. Di pertengahan tahun 2021, Industry Leaders Magazine mencatat 25 bisnis China telah gagal membayar obligasi senilai sekitar US$ 10 miliar, yang menjadi rekor baru.

Harga saham malah naik
Meskipun tengah dilanda krisis, pada perdagangan pagi hari ini (23/9/2021) harga saham China Evergrande Group, melambung tinggi.
Kenaikan harga saham ini terjadi di tengah kabar terbaru dari manajemen Evergrande soal prioritas utama perusahaan untuk membantu investor kaya menebus produk investasi mereka.

Menurut data Refinitiv, indeks saham Hang Seng, Bursa Hong Kong, pada pukul 10.07 WIB tercatat naik 1,05% ke 24.475 setelah sempat menguat 1,86% pada awal perdagangan.

Sementara, saham Evergrande yang tercatat di Bursa Hongkong sempat melonjak 22% pagi tadi, sementara saat ini melejit 11,01% ke HKD 2,52/unit. Dengan ini, saham Evergrande berhasil memutus tren pelemahan selama 7 hari beruntun.

Kabar teranyar lainnya adalah soal keputusan Bank sentral China The People's Bank of China (PBOC) untuk mengguyur uang ratusan triliun yuan ke sistem keuangan China untuk meredakan kekhawatiran pasar soal krisis likuiditas Evergrande.

Diberitakan Bloomberg, Rabu (22/9/2021), PBOC menyuntikkan 120 miliar yuan (US$ 18,6 miliar) atau Rp 264 triliun lebih ke sistem perbankan


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Evergrande Minta Hentikan Perdagangan Saham, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular