
Bersiap Hadapi Tapering, Rupiah Melemah Tipis

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Tidak hanya masalah tapering, bank sentral pimpinan Jerome Powell ini juga akan memberikan proyeksi terbaru suku bunga atau yang disebut dot plot.
Sebelumnya, dot plot The Fed mengindikasikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023 dan sebanyak dua kali. Perubahan, dari proyeksi tersebut juga akan memberikan dampak ke pergerakan rupiah.
The Fed pimpinan Jerome Powell besok dini hari diperkirakan akan menyinggung tapering serta memberikan proyeksi suku bunga ke depannya, atau yang dikenal dengan dot plot.
Tapering akan menjadi perhatian pertama, pelaku pasar melihat akan mulai dilakukan di bulan November atau Desember. Tetapi, masih muncul keraguan akibat buruknya data tenaga kerja, serta inflasi yang melambat. Selain itu, seberapa agresif tapering atau seberapa besar yang akan dipangkas dari nilai saat ini US$ 120 miliar/bulan juga akan menentukan pergerakan dolar AS.
"Saya pikir mereka akan menunjukkan sudah mendiskusikan tapering. Saya tidak berfikir akan ada banyak detail. Saya pikir mereka akan memberikan framework dimana mereka bisa mulai melakukan tapering di bulan November atau Desember," kata kepala investasi di BlackRock, Rick Rieder, sebagaimana dilansir CNBC International.
Rieder memperkirakan saat tapering dilakukan The Fed akan memangkas US$ 10 miliar pembelian obligasi (Treasury) dan US$ 5 miliar pembelian efek beragun aset KPR. Dari total US$ 120 miliar/bulan saat ini, The Fed membeli Treasury sebesar US$ 80 miliar/bulan dan efek beragun aset KPR US$ 40 miliar/bulan.
Sementara itu kepala strategi multi aset di Columbia Threadneedle, Anwiti Bahuguna, mengatakan tapering kemungkinan tidak akan menggerakkan pasar, tetapi proyeksi suku bunga.
"Fokus pasar akan tertuju pada proyeksi suku bunga The Fed dalam dot plot," katanya.
Dalam dot plot sebelumnya The Fed memproyeksikan suku bunga baru akan naik di tahun 2023 dan sebanyak dua kali. Perubahan proyeksi tersebut akan berdampak signifikan ke pergerakan pasar.
"Jika kita melihat dua atau tiga anggota The Fed yang merubah pikiran mereka, itu akan menjadi kejutan yang hawkish (suku bunga naik lebih cepat). Tidak mungkin The Fed menghilangkan dot plot, jadi risiko yang ada saat ini adalah lebih banyak anggota The Fed yang melihat kenaikan suku bunga di 2022 daripada di 2023," kata Bahuguna.
Jika itu terjadi, pasar akan semakin yakin suku bunga bisa naik di tahun depan, dan dolar AS bisa perkasa, rupiah harap waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
