Evergrande Terancam Bangkrut, Bos BI Buka Suara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman gagal bayar utang alias default yang dialami Evergrande, raksasa properti China, menjadi tema besar di pasar keuangan dunia belakangan ini. Indonesia pun mengalami dampak negatif dari isu ini.
Pada Selasa (21/9/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di 6.060,76. Melemah 0,26% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Akan tetapi, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan dampak ancaman kebangkrutan Evergrande hanya sementara. Dalam jangka pendek, pelaku pasar akan melihat sentimen yang beredar di pasar. Namun dalam jangka panjang, faktor fundamental akan menjadi pertimbangan utama, khususnya di Indonesia. Dia mengatakan, perkembangan ekonomi Indonesia yang terus membaik akan tercermin pada pergerakan positif pasar modalnya.
"Dampak yang terjadi di Tiongkok memang berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global. Dulu (ketidakpastian) tinggi, terus mereda, dan dalam jangka pendek terpengaruh yang terjadi di Tiongkok, kegagalan bayar korporasi tadi. Dengan perkembangan-perkembangan ekonomi yang membaik di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Indonesia akan mencerminkan kondisi fundamental dibandingkan teknikal," papar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur BI edisi September 2021, Selasa (21/9/2021).
Perry menambahkan, investor asing masih percaya dan berkenan masuk ke pasar keuangan Tanah Air. Sejak akhir Juli hingga 17 September 2021, investor asing melakukan akumulasi beli bersih (net inflow) sebesar US$ 1,5 miliar.
"Sejauh ini pengaruhnya di awal ke pasar modal, dan berangsur mereda. Ke SBN (Surat Berharga Negara), ke nilai tukar rupiah, tidak banyak. Dengan keyakinan itu, kecenderungan nilai tukar rupiah menguat dan akan stabil," tegas Perry.
[Gambas:Video CNBC]
Heboh Raksasa Properti China Mau Bangkrut, Apa Dampak ke RI?
(aji/aji)