
Geger Utang Evergrande Rp 4.000 T, Emiten Properti RI Sehat?

Sebelumnya, lembaga pemeringkat S&P menurunkan peringkat utang Evergrande dari CC menjadi CCC dengan outlook negatif. Fitch, lembaga pemeringkat lainnya, juga menurunkan rating Evergrande dari CC menjadi CCC+.
Menurut Fitch, utang Evergrande kepada perbankan dan lembaga keuangan lainnya adalah CNY 572 miliar. Selain itu, bank juga memberi pinjaman kepada para supplier Evergrande senilai CNY 667 miliar.
Bank dengan eksposur tinggi terhadap Evergrande akan rentan terserang kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Inilah yang bakal menimbulkan risiko sistemik.
Ini menunjukkan bahwa Evergrande adalah perusahaan yang terlalu besar untuk bangkrut. Too big to fail.
Kejatuhan Evergrande akan menyeret banyak pihak, risikonya terlalu besar. Oleh karena itu, kemungkinan besar pemerintah China akan turun tangan untuk memberikan bailout kepada Evergrande agar tidak menimbulkan efek domino terhadap perekonomian China secara keseluruhan.
Beberapa analis mengira bahwa pemerintah China tidak akan membiarkan permasalahan likuiditas Evergrande hingga berlarut-larut, karena hal ini dapat merusak citra pemerintahan China saat ini.
"Pemerintah China tidak akan membiarkan Evergrande bangkrut karena itu akan merusak citra dan stabilitas pemerintahan China saat ini." Kata analis dari perusahaan konsultasi dan riset risiko politik SinoInsider yang berbasis di New York, AS.
Dua 'Dosa' Besar Evergrande
Kepala Divisi Pendapatan Tetap (Fixed Income) Matthews International Capital Management, LLC (Matthew Asia), Teresa Kong mengatakan China Evergrande diduga telah melakukan 'dua dosa besar' kepada investornya yang berakibat krisis utang.
Dosa besar pertama, China Evergrande terlalu banyak meminjam uang, bahkan perusahaan ini disebut menjadi perusahaan properti yang paling banyak memiliki utang di dunia.
"Sementara 'dosa' yang kedua adalah perusahaan diduga memiliki tata kelola perusahaan yang buruk," tulisnya, dikutip CNBC International, Sabtu (18/9/2021).
Pihak Evergrande mengatakan penjualan properti terus memburuk secara signifikan pada bulan ini, sehingga kondisi ini terus memperparah masalah arus kas perusahaan.
Berdasarkan penjualan, China Evergrande adalah perusahaan properti terbesar kedua di China. Menurut situs perusahaan, Evergrande memiliki lebih dari 1.300 proyek real estat di lebih dari 280 kota di China.
Menurut data Refinitiv Eikon, Evergrande memiliki enam obligasi yang jatuh tempo tahun depan dan 10 obligasi jatuh tempo pada 2023, dari total 24 obligasi yang telah diterbitkan.
Obligasinya juga termasuk dalam berbagai indeks imbal hasil tinggi Asia. Pada tahun ini saja saham Evergrande di Bursa Hong Kong telah anjlok hampir 80% tahun.
Saat ini, Hui Ka Yan atau Xu Jiayin merupakan pemilik mayoritas saham Evergrande Group, dengan kepemilikan sahamnya mencapai 9,3 miliar saham atau 70,72% dari total saham, berdasarkan data dari Refinitiv.
Pria berusia 62 tahun tersebut juga memimpin sebagai Chairman of the Board of Directors sekaligus Direktur Eksekutif Evergrande Group.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
