Internasional

Caplok Emiten Farmasi Rp 21 T, Induk Rokok HMSP kok Dikecam?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 17/09/2021 15:05 WIB
Foto: Doc.Lapkeu HMSP

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan produsen rokok dan tembakau Swiss-Amerika dan juga induk dari emiten rokok dalam negeri, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), Philip Morris International (PMI) telah mengambilalih perusahaan farmasi yang memproduksi inhaler asma, Vectura.

Transaksi ini dilakukan pada Kamis (16/9/2021), dengan nilai sebesar 1,1 miliar poundsterling atau sekitar US$ 1,5 miliar. Nilai akuisisi ini setara dengan Rp 21,45 triliun, dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$).

Hanya saja, aksi korporasi ini mendapat pertentangan dari para lembaga dan institusi pegiat kesehatan seperti Asthma UK dan British Lung Foundation.


Langkah PMI ini dipertanyakan kenapa produsen tembakau harus memiliki perusahaan yang dapat menyembuhkan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh rokok, yang mereka produksi juga.

Asthma UK dan British Lung Foundation mengatakan mereka telah mengirim surat yang bertujuan untuk mendesak pemerintah setempat melihat adanya masalah konflik kepentingan. Surat itu ditandatangani bersama oleh 35 badan amal, pakar kesehatan masyarakat, dan dokter.

"Sekarang ada risiko yang sangat nyata bahwa kesepakatan Vectura dengan perusahaan tembakau besar akan menyebabkan industri rokok memberikan pengaruh yang tidak semestinya pada kebijakan kesehatan Inggris," kata Sarah Woolnough, Kepala Eksekutif Asthma UK dan Yayasan Paru-Paru Inggris, dikutip dari Reuters, Jumat ini (17/9).

"Kami meminta pemerintah untuk tetap pada komitmennya terhadap Konvensi Kerangka Kerja Organisasi Kesehatan Dunia tentang Pengendalian Tembakau untuk mencegah hal ini terjadi," tambah Woolnough.

Manajemen PMI menyatakan mereka sudah mengantongi dukungan dari pemegang saham perusahaan Inggris untuk terlepas dari kekhawatiran para profesional kesehatan.

Pemegang saham Vectura memutuskan untuk mengambil tawaran 165 pence per saham dari PMI, dengan hampir 75% mendukung kesepakatan tersebut.

Pembelian saham perusahaan produsen inhaler yang terdaftar di Bursa London tersebut adalah bagian dari rencana jangka panjang untuk mengembangkan produk "bebas asap rokok" dan beralih menjadi perusahaan "kesehatan".

Menanggapi protes ini, Chief Executive Phillip Morris, Jacek Olczak berpendapat bahwa langkah mengakuisisi Vectura adalah salah satu bagian terpenting dari strateginya untuk mencapai visinya memasarkan produk "Beyond Nicotine".

Dia mengatakan melalui Telegraph pada bulan lalu bahwa para penentang "tidak tertarik pada kemajuan" dan menuduh mereka masih menyelesaikan masalah lama dengan industri tembakau.

Olczak mengatakan bahwa Phillip Morris akan memberikan para ilmuwan Vectura sumber daya dan keahlian untuk mencapai visinya dan menghasilkan sekitar US$ 1 miliar atau setara Rp 14,3 triliun pendapatan bersih dari produk "Beyond Nicotine" pada tahun 2025 mendatang.

Phillip Morris mengaku telah menerima izin peraturan tersebut. Namun setelah proses tender publik dilakukan, penawarannya kini tidak dapat ditarik kembali.

Perusahaan juga telah menerima ambang batas 50% untuk membuat penawarannya tanpa syarat, namun hal itu belum mencapai 75% saham yang dibutuhkan untuk menghapuskan kepemilikannya di Vectura.

Phillip Morris mengatakan akan memperpanjang penawarannya hingga 30 September mendatang. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada pemegang saham Vectura untuk menerima proposalnya.

Sebagai informasi Vectura Group Plc adalah perusahaan farmasi Inggris yang berbasis di Chippenham, Inggris dan berstatus terbuka (emiten) karean terdaftar di London Stock Exchange dan merupakan konstituen dari FTSE 250 Index.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Meramal Bisnis Rokok, Emiten Mana Paling Untung?