PHK Besar-besaran Bikin Kurs Dolar Australia Batal Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 September 2021 11:03
dollar australia
Foto: REUTERS/Jason Reed

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu, kurs dolar Australia jeblok 1,8% melawan rupiah. Di awal pekan ini sempat menunjukkan tanda-tanda bangkit. Tetapi, kini malah berbalik arah dan menuju pelemahan 2 pekan beruntun.

Pada pukul 10:32 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.388,08, dolar Australia masih stagnan di pasar spot, melansir data Refinitiv. Namun, sepanjang pekan ini masih melemah 0,54%, padahal di awal pekan sempat menguat 0,62% dan kembali ke atas Rp 10.500/AU$.

Dolar Australia berbalik melemah di pekan ini setelah setelah gubernur bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) Philip Lowe, menyentil ekspektasi pasar terkait kenaikan suku bunga.

Berbicara dalam sebuah acara Selasa lalu, gubernur RBA, Philip Lowe, mengatakan lockdown yang dilakukan akibat penyebaran virus corona (Covid-19) akan menyebabkan kontraksi yang dalam ke perekonomian di kuartal III-2021. Tetapi, Lowe optimistis perekonomian akan cepat pulih dalam beberapa bulan ke depan ketika pembatasan sosial dilonggarkan.

Meski demikian, Lowe juga menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Lowe menyentil ekspektasi pasar yang memperkirakan suku bunga akan dinaikkan di akhir 2022 atau awal 2023.

"Ekspektasi ini sulit untuk diterima jika melihat gambaran yang saya berikan (mengenai kondisi ekonomi) dan saya sulit mengerti kenapa pasar memperkirakan suku bunga akan naik akhir tahun depan, atau awal 2023," kata Lowe, sebagaimana dilansir Reuters.

Tekanan bagi dolar Australia semakin bertambah hingga akhirnya berbalik melemah pekan ini pasca rilis data tenaga kerja.

Biro Statistik Australia (ABS) kemarin melaporkan di bulan Agustus terjadi pengurangan tenaga kerja sebanyak 145 ribu orang, jauh lebih besar ketimbang median proyeksi Reuters sebanyak 90 ribu orang.

Lockdown yang dilakukan di Sydney dan Melbourne guna meredam penyebaran virus corona menjadi pemicu utama pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut.

Sementara itu, meski terjadi PHK besar-besarnya, tingkat pengangguran turun menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,6%. Tetapi, penurunan tersebut dikatakan terjadi akibat berkurangannya partisipasi selama lockdown.

"Penurunan tingkat pengangguran merefleksikan penurunan besar di partisipasi tenaga kerja selama lockdown, bukan karena penguatan pasar tenaga kerja" kata Bjorn Jarvis, kepala statistik tenaga kerja di ABS, sebagaimana dilansir Reuters.

Sarah Hunter, kepala ekonomi di BIS Oxford Economics mengatakan di bulan September, PHK besar-besaran juga diprediksi masih akan terjadi.

"Pengurangan tenaga kerja di bulan September masih akan besar, sebagai hasil dari lockdown di wilayah Victoria," kata Sarah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular