Wow! Dana Investasi Asuransi Jiwa RI Tembus Rp 510 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan pertumbuhan penempatan dana investasi di seluruh instrumen baik saham, reksa dana, Surat Berharga Negara (SBN), deposito sebesar 14,7% menjadi Rp 510,5 triliun pada semester pertama 2021.
Penempatan investasi ini tumbuh positif setelah pada periode yang sama di tahun sebelumnya terkoreksi 12,6% menjadi Rp 445,2 triliun.
Rinciannya, penempatan investasi di pasar modal tumbuh sebesar 20,4% menjadi Rp 312,4 triliun dan dana investasi yang ditempatkan di pasar modal tumbuh 12,9% menjadi Rp 133,5 triliun.
Ketua Bidang Operasional dan Perlindungan Konsumen AAJI, Freddy Thamrin mengatakan, selama semester pertama untuk investasi di saham, AAJI menempatkan pada saham-saham berbasis konsumer, produk kesehatan, hingga perusahaan pengelola rumah sakit karena masih mencatatkan pertumbuhan di saat pandemi Covid-19.
"Arahnya melihat prospek di masa yang akan datang. Kita memberikan hasil yang terbaik kepada masyarakat, pemegang polis," kata Freddy Thamrin, dalam konferensi pers AAJI, Selasa (14/9/2021).
Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, pada kesempatan yang sama mengatakan, AAJI tidak berencana mengurangi portofolio investasi di instrumen surat berharga negara (SBN) kendati ada risiko pengurangan nilai oleh bank sentral AS, The Federal Reserve pada November mendatang. Tapering berpotensi akan berimbas pada penurunan US Treasury yang menjadi acuan bagi surat berharga di seluruh dunia, termasuk SBN Indonesia.
Namun, lanjut Budi, horison investasi perusahaan asuransi jiwa di Indonesia masih bersifat jangka panjang dan harus menempatkan investasinya pada instrumen jangka panjang seperti obligasi pemerintah.
"Bank sentral [The Fed] akan mengubah kebijakan, tidak serta merta membuat kami ambil posisi yang baru dalam berinvestasi, kami melihat horison jangka panjang. Porsi SBN tidak akan dikurangi,"
Budi menjelaskan, pada saat pasar saham terkoreksi cukup dalam di tahun 2020, industri asuransi jiwa tidak menarik investasinya di pasar saham, meskipun hal ini berimbas pada penurunan investasi AAJI sepanjang tahun 2020 lalu sebesar 23,7% menjadi Rp 23,53 triliun seiring koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Ketika pasar modal turun, nilainya koreksi agak dalam di 2020, kami tidak pull out, jumlah investasi kira kira segitu," ujarnya.
Sementara itu, terkait investasi di SBN, kata dia, memang saat ini masih dibutuhkan oleh industri asuransi karena memberikan imbal hasil yang cukup stabil. Namun, saat ini pilihan untuk instrumen jangka panjang pilihannya belum banyak.
"Industri asuransi jiwa bersama dengan dapen adalah salah satu industri jasa keuangan yang sudut pandangnya beda dari banyak industri keuangan lain, dalam banyak hal, kami tidak terlalu memandang yang sifatnya short term, kami long term," kata Budi menambahkan.
(hps/hps)