
Tekanan Makin Besar, Awas IHSG Longsor ke 6.000 di Sesi 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok di perdagangan sesi I, Senin (13/9/2021) mengikuti pergerakan bursa Asia lainnya.
Tanda-tanda pelemahan bursa Asia termasuk IHSG sebenarnya sudah terlihat sejak pekan lalu, saat bursa saham Amerika Serikat (AS) terus merosot. Sebagai kiblat bursa saham dunia, merosotnya Wall Street tentunya mengirim sentimen negatif.
Melansir data Refinitiv, IHSG nyaris sepanjang perdagangan tertahan di zona merah hingga akhirnya melemah 0,67% ke 6.054,822 di sesi I. Investor asing juga melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 60 miliar.
Pelaku pasar global mulai cemas dengan kemungkinan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang akan dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed). Sebelum The Fed, bank sentral Inggris, Australia, dan Eropa sudah mengurangi nilai pembelian asetnya.
Bank sentral Korea Selatan bahkan sudah menaikkan suku bunga.
Artinya, arah kebijakan moneter global kini mulai mengetat. Tetapi di sisi lain, kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) masih terus menanjak di Amerika Serikat dan negara-negara lain yang sudah melakukan vaksinasi masif.
Ada kecemasan saat dukungan moneter berkurang, kemudian kasus Covid-19 kembali menanjak, perekonomian global bisa kembali terpuruk.
Di perdagangan sesi II, tekanan bagi IHSG masih akan berlanjut. Apalagi jika melihat secara secara teknikal.
IHSG memang bergerak sideways belakangan ini, tetapi tekanan turunnya kini lebih besar sebab sudah bergerak di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) di kisaran 6.080 dan MA 300 di 6.060.
IHSG kini berisiko turun ke 6.030 yang merupakan MA 100. Jika ditembus, ada risiko IHGS menguji level psikologis 6.000.
![]() Foto: Refinitiv |
Pergerakan sideways IHSG terlihat sejak awal Juni hingga kini yang membentuk pola Rectangle, dengan batas atas di kisaran 6.140 dan batas bawah di kisaran 5.940. Artinya, selama belum menembus batas bawah tersebut, IHSG berpeluang bangkit kembali.
Pola Rectangle juga menjadi indikasi pergerakan sideways. Diperlukan penembusan konsisten di batas atas untuk memicu penguatan lebih lanjut. Pada 5 Agustus lalu, IHSG sempat menembus batas atas tersebut, tetapi hanya bertahan 2 hari saja. Artinya, mengalami false breakout.
Untuk sesi II hari ini, jika IHSG mampu bertahan di atas MA 100, maka ada peluang rebound ke 6.080.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah