Analisis

Jadi Idola Asia, Rupiah Bisa Tembus Rp 14.100/US$ Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 September 2021 08:35
Dollar-Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa pada pekan lalu melawan dolar Amerika Serikat (AS). Sempat menembus ke bawah Rp 14.200/US$, dan akhirnya membukukan penguatan 3 pekan beruntun.

Isu tapering bank sentral AS (The Fed) yang menjadi salah satu penggerak utama pekan lalu masih akan mempengaruhi rupiah minggu ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah pada pekan lalu sempat menyentuh Rp 14.170/US$, yang merupakan level terkuat sejak 10 Mei lalu. Saat penutupan perdagangan pekan lalu, rupiah berada di Rp 14.200/US$, menguat 0,42% di pasar spot.

Isu tapering atau penguaran nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih akan mewarnai pergerakan pasar finansial. Pada Selasa (14/9), Amerika akan melaporkan data inflasi berdasarkan Indeks Harga Produsen (IHK).

Inflasi merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam memutuskan kapan waktu tapering, jika data ini dirilis menunjukkan pelambatan, maka ekspektasi tapering di akhir tahun atau bahkan mundur ke awal tahun depan akan semakin menguat. Sebab, data tenaga kerja AS, yang juga acuan The Fed, dirilis mengecewakan di awal bulan ini.


Rupiah akan diuntungkan dalam kondisi tersebut. Apalagi pelaku pasar juga sudah mulai positif menatap Mata Uang Garuda.

Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan Reuters yang menunjukkan pelaku pasar mengambil posisi beli (long) untuk pertama kalinya sejak awal Juli lalu.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

idr

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (9/9/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,44, berbalik dari 2 pekan lalu 0,18.

Rupiah kini kembali menjadi mata uang idola di Asia, terbaik ketiga dari 9 mata uang, hanya kalah dari rupee India dan dolar Taiwan.

Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar menanti apakah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan kembali dilonggarkan atau tidak.

Perkembangan pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah jauh membaik dan terkendali, tetapi PPKM akan tetap dilakukan selama masih pandemi. Hanya saja, biasanya akan ada pelonggaran.

Pada 12 September 2021, Kementerian Kesehatan melaporkan pasien positif corona bertambah 3.779 orang dari hari sebelumnya. Ini adalah tambahan kasus harian terendah sejak 16 Mei 2021.

Puncak kasus positif terjadi pada 15 Juli 2021, di mana kala itu penambahan pasien mencapai 56.757 orang. Jadi sejak puncak itu hingga kemarin, kasus positif corona di Tanah Air sudah turun 93,34%.

Kemudian jumlah kasus aktif corona tercatat 109.869 orang. Ini adalah yang terendah sejak 12 Juni 2021.

Pandemi yang terkendali juga terlihat dari data temuan kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate). WHO menetapkan ambang batas 5% agar pandemi bisa disebut terkendali.

Pada 12 September 2021, positivity rate Indonesia adalah 3,05%. Artinya, Indonesia sudah bisa mengklaim bahwa pandemi terkendali.

Dengan demikian, pelaku pasar akan menanti pelonggaran apa yang akan diberikan pemerintah. Setiap pelonggaran tentunya berdampak bagus, aktivitas bisnis akan berputar lebih cepat.

NEXT: Ada Potensi Rupiah ke Rp 14.080/US$

Secara teknikal, kombinasi Stochastic yang jenuh jual (oversold) serta pola hammer membuat rupiah berisiko terkoreksi.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika belum mencapai wilayah oversold, rupiah yang disimbolkan USD/IDR artinya ada risiko berbalik arah alias rupiah melemah. Apalagi, kini muncul pola Hammer, yang menjadi sinyal pembalikan arah.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Pola Hammer tersebut masih menjadi mimpi buruk bagi rupiah, pada perdagangan Kamis (9/9) rupiah menutup perdagangan di atas pola tersebut. Artinya, pola Hammer terkonfirmasi sebagai pola pembalikan arah, rupiah patut waspada. Pola Hammer baru batal ketika rupiah melewati tail (ekor) di Rp 14.170/US$.

Meski demikian, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200. Artinya, rupiah bergerak di bawah 3 MA yang membuka peluang penguatan.

Selain itu, rupiah juga sudah menembus ke bawah bullish trend line (garis warna merah) yang menguntungkan dolar AS.

Rupiah kini berada di support berada di kisaran Rp 14.200/US$, jika dilewati maka target selanjutnya Rp 14.170/US$.

Penembusan di bawah level tersebut akan membawa Rupiah menguat yang akan menahan jika rupiah mampu menguat menuju Rp 14.150 hingga Rp 14.120/US$. Kemampuan melewati Rp 14.120/US$ akan membuka ruang penguatan ke Rp 14.080/US$ di pekan ini.

Sementara resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.230/US$ hingga Rp 14.250/US$. Jika ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.280/US$ hingga Rp 14.290/US$ yang merupakan MA 200. Penembusan di atas level tersebut akan membuat rupiah merosot di pekan ini ke menuju Rp 14.350/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular