Asing Koleksi 4 Saham Bank Big Cap & Lepas BMRI-ASII-UNVR

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 September 2021 16:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menghijau pada perdagangan akhir pekan Jumat (10/9/2021), di tengah aksi beli investor di saham-saham unggulan pada perdagangan hari ini.

Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup menguat 0,44% ke level 6.094,87, meskipun belum mampu menembus level psikologis di 6.100.

Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 11,4 triliun. Terpantau investor asing kembali melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 344 miliar di pasar reguler. Sebanyak 272 saham naik, 237 saham turun dan 148 lainnya stagnan.

Asing tercatat kembali mengoleksi empat saham bank big cap pada hari ini. Adapun empat saham bank big cap tersebut yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Selain memborong empat saham bank big cap, asing juga tercatat mengoleksi saham pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan saham startup e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini.

Net Buy Asing

Di lain sisi, asing juga tercatat melepas beberapa saham, di mana asing hingga hari ini masih melepas saham konsumer big cap yakni PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), sehingga asing sudah melepas saham UNVR selama sepekan terakhir.

Selain masih melepas saham UNVR, asing tercatat melepas dua saham big cap lainnya, yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan saham PT Astra International.

Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:

Net Sell Asing

Dari Eropa, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) menyatakan akan memperlambat laju pembelian obligasi bulanannya yang selama ini ditujukan membantu pelaku usaha mengakses likuiditas melimpah untuk ekspansi di sektor riil.

"Berdasarkan penilaian bersama terhadap kondisi keuangan dan outlook inflasi, Dewan Pengurus memutuskan bahwa kondisi keuangan yang kondusif bisa dijaga dengan laju pembelian aset di bawah skema PEPP [Pandemic Emergency Purchase Programme] secara lebih lambat ketimbang dua kuartal sebelumnya," tulis ECB dalam pernyataan resmi mereka.

Sementara itu dari AS, data klaim tunjangan pengangguran mingguan per pekan lalu dilaporkan hanya sebesar 310.000, atau lebih baik dari polling Dow Jones yang mengekspektasikan angka 335.000 orang. Capaian itu melanjutkan perbaikan yang dicetak pekan sebelumnya sebanyak 340.000 klaim.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menggelar rapat pada 21-22 September, yang memicu investor berspekulasi akan ada pengumuman mengenai langkah pengurangan pembelian surat utang di pasar (tapering), yang selama ini dijalankan dengan nilai US$ 120 miliar per bulan.

Dalam "Beige Book", laporan hasil survei aktivitas bisnis di AS, The Fed menyatakan pelaku bisnis tengah menghadapi kenaikan inflasi yang kian intensif akibat keterbatasan pasokan barang dan akan memicu kenaikan harga di tingkat konsumen pada area tertentu.

The Fed juga melaporkan bahwa pertumbuhan secara umum telah "sedikit tertekan ke level moderat" di tengah kekhawatiran mengenai penyebaran virus Covid-19 varian delta selama Juli- Agustus.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular