Duh Ada Apa nih? Masih Pagi Saham Properti Diobral Berjamaah

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 September 2021 10:45
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham emiten properti ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (8/9/2021), setelah sempat cenderung naik dalam beberapa hari terakhir.

Berikut pelemahan saham properti, menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.10 WIB.

  1. Pollux Properti Indonesia (POLL), saham -6,86%, ke Rp 2.850/saham

  2. Sentul City (BKSL), -6,15%, ke Rp 61/saham

  3. Lippo Cikarang (LPCK), -4,26%, ke Rp 900/saham

  4. DMS Propertindo (KOTA), -3,51%, ke Rp 165/saham

  5. Ciputra Development (CTRA), -2,54%, ke Rp 960/saham

  6. Summarecon Agung (SMRA), -2,25%, ke Rp 870/saham

  7. Agung Podomoro Land (APLN), -1,53%, ke Rp 129/saham

  8. Pakuwon Jati (PWON), -1,28%, ke Rp 464/saham

  9. Bumi Serpong Damai (BSDE), -0,99%, ke Rp 1.000/saham

  10. Intiland Development (DILD), -0,62%, ke Rp 159/saham

Menurut data di atas, saham emiten milik Nico Purnomo, anak dari Po Sun Kok--salah satu taipan properti nasional--POLL menjadi yang paling anjlok, yakni menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) sebesar 6,86%. Dalam sepekan saham POLL ambles 18,98%, sementara dalam sebulan anjlok 23,73%.

Di bawah POLL, saham BKSL yang turun 6,15% ke Rp 61/saham, setelah naik dalam 2 hari terakhir. Dalam seminggu saham ini melonjak 17,31%, sedangkan dalam sebulan melesat 15,09%.

BKSL berhasil membalikkan kinerja dari sebelumnya rugi Rp 234,49 miliar menjadi laba Rp 294,46 miliar pada semester pertama tahun ini.

Mengacu laporan keuangan yang dipublikasikan, pendapatan BKSL naik 1.420 persen menjadi Rp 2,42 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 159,30 miliar.

Kenaikan pendapatan utamanya ditopang oleh lonjakan penjualan lahan siap bangun, rumah hunian, ruko, dan apartemen sebesar 2.975 persen menjadi Rp2,32 triliun dari sebelumnya Rp75,54 miliar.

Tidak hanya BKSL, saham CTRA juga tersungkur 2,54%, menghentikan reli kenaikan dalam 3 hari terakhir. Kendati ambles, dalam sepekan saham CTRA masih naik 9,09%, sementara dalam sebulan tumbuh 14,29%.

CTRA mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 186% menjadi 483,47 miliar pada semester pertama tahun ini dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 169,5 miliar.

Kenaikan laba tersebut terutama disebabkan oleh naiknya pendapatan usaha CTRA senilai 44% menjadi 4,02 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,80 triliun.

Saham SMRA juga melosot 2,25%, setelah mencatatkan tren kenaikan selama 5 hari terakhir. Dalam seminggu belakangan saham SMRA menguat 7,45%, sedangkan dalam sebulan melesat 16,11%.

Sebelumnya, Presiden Direktur Summarecon Adrianto P Adhi mencatat marketing sales capai 75% hingga semester I-2021 atau 75% dari target 2021.

"Semester pertama Rp 3 triliun dari Rp 4 triliun, sudah 75%. Ke depannya kita optimis, di samping kami terus menggali produk yang sesuai konsumen, bagaimana menggali skema pembayaran, menggali bagaimana grab konsumen kita agar tetap membeli produk di tengah kondisi pandemi semakin membaik," ujarnya dalam Public Expose secara virtual, Selasa (24/8/2021).

Terdapat sejumlah sentimen positif bagi sektor properti akhir-akhir ini, mulai dari tanda mulai membaiknya kinerja emiten, semakin gencarnya vaksinasi masyarakat, stimulus ekonomi dari pemerintah terhadap sektor properti seperti DP 0% (down payment), bunga pinjaman yang ringan, dan pengembangan bidang infrastruktur yang terus berlanjut.

Dalam riset terbarunya lembaga pemeringkat global Moody's menjelaskan, permintaan untuk properti residensial (tempat tinggal) Indonesia akan meningkat, yang pada gilirannya akan meningkatkan penjualan para pengembang di tahun 2021 dan metrik kredit utama lain--meskipun akan tetap lebih lemah dan berada di bawah level pra-pandemi.

"Laju pertumbuhan pinjaman perumahan telah meningkat sejak awal 2021, didorong oleh pemulihan permintaan untuk properti residensial dan peningkatan pinjaman oleh bank," kata Jacintha Poh, Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Puasa, Saham APLN-PWON-BSDE cs Nyungsep!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular