Analisis

'Perang' Bisnis Data Center: Salim, Sinarmas, Lippo, Telkom!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
08 September 2021 08:51
telkom indonesia
Foto: Data Center (Reuters)

EDGE

Mirip dengan 'saudara mudanya' DCII, EDGE yang bergerak di bisnis infrastruktur internet juga memiliki fokus bisnis data center.

Perusahaan ini didirikan pada 1994 oleh pengusaha teknologi Toto Sugiri. Namun, kini sahamnya juga dipegang oleh investor Hong Kong, Digital Edge Ltd (DE) sebesar 59,1%, sementara Toto Sugiri menggenggam 16,56% saham EDGE.

Berdasarkan dokumen paparan publik, yang dilaksanakan 28 Juni 2021, manajemen menyatakan, saat ini Indonet memiliki 1 EDGE Data Center yang terletak di Kuningan Barat dan telah beroperasi sejak Januari 2021.

Setelah menyelesaikan pembangunan Fase 1 dan Fase 2, saat ini Indonet tengah melaksanakan pembangunan Fase 3 sampai dengan 5 yang akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan progress dengan pelanggan.

EDGE Data Center 1 telah beroperasi sejak Januari 2021 dan karena permintaan yang terus meningkat, Indonet pun tengah merencanakan pembangunan EDGE Data Center yang kedua.

Manajemen EDGE, menegaskan bahwa perseroan akan terus meningkatkan segmen bisnis data center hingga mencapai 50% dari total pendapatan perusahaan dan akan dilakukan secara bertahap.

Mengenai kinerja terbaru, EDGE mencetak kenaikan laba 4,80% secara tahunan menjadi Rp 55,39 miliar pada semester I 2021, dari Rp 52,85 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kenaikan laba ini ditopang yang pertumbuhan pendapatan sebesar 28,36% secara yoy dari Rp 226,21 miliar pada paruh pertama 2020 menjadi Rp 290,35 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini.

Apabila ditelisik lebih jauh, pendapatan dari pos layanan cloud menyumbang paling banyak, yakni 55,60% dari total pendapatan atau setara dengan Rp 161,43 miliar pada semester I ini, naik dari pendapatan tahun sebelumnya Rp 115,08 miliar.

Lalu, pos pendapatan konektivitas mengekor dengan berkontribusi sebesar 27,85% dari total pendapatan paruh pertama 2021 atau Rp 80,86 miliar, turun dari Rp 86,01 miliar pada semester I 2020.

Sementara, pos data center berada di urutan ketiga dengan menyumbang Rp 36,60 miliar atau 12,61% dari total pendapatan EDGE. Sumbangsih pos data center ini melesat 113,04% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 15,71 miliar.

TLKM

Telkom, sang penguasa pasar telekomunikasi di Bumi Pertiwi, juga masuk ke bisnis data center, seiring dengan potensi bisnis di sektor ini di tengah akselerasi ekonomi digital yang kian cepat.

Seperti sempat disinggung di atas, TLKM masuk ke bisnis pusat data melalui Telkomsigma.

Menurut penjelasan di website perusahaan, Telkomsigma saat ini memiliki lebih dari 300 klien dari berbagai industri yang didominasi oleh sektor perbankan dan jasa keuangan. Telkomsigma memiliki 3 sub kategori di bisnis data center ini, yakni jasa collocation, layanan data center, dan layanan profesional data center.

Data center yang ada saat ini sudah menggunakan teknologi Tier III dan Tier IV dan tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Menurut catatan CNBC Indonesia, dalam struktur perusahaan, data center ini masuk dalam divisi Enterprise & Business Service. Divisi ini berkontribusi rata-rata sebesar 30%-35% dan sebagai salah satu pendorong pertumbuhan laba bersih perusahaan karena bisnis ini memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi.

Mengutip siaran pers Telkomsigma pada 12 Oktober 2020, market share Telkomsigma saat ini kira-kira mencapai lebih dari 40% untuk layanan data center. Di samping itu, Telkomsigma mengelola operasional 16 internet data center dan 3 enterprise data center yang tersebar di Indonesia.

Selain itu, pada awal Juni lalu, pembangunan pusat data skala besar berstandar global--dengan sertifikasi 3 dan 4--milik Telkom, yakni HyperScale Data Center hampir memasuki tahap akhir untuk campus 1 di Cikarang.

Mengutip penjelasan di website Telkom, saat ini, TLKM telah memiliki 26 data center yang tersebar di 12 kota besar Indonesia, yang terdiri dari 5 data center internasional, 18 neuCentrIX serta 3 data center tier 3 dan 4.

Telkom HyperScale Data Center sendiri dibangun di atas lahan seluas 65 ribu meter persegi, berkapasitas total hingga 10.000 rack, dan daya listrik sekitar 75 MW.

Tidak hanya itu, pada bulan lalu, Telkom juga mengumumkan kerja sama dengan Etisalat Group, perusahaan telekomunikasi Uni Emirat Arab (UEA) dan akan berinvestasi senilai US$ 100 juta atau setara Rp 1,45 triliun (kurs Rp 14.500/US$) di bisnis data center. Investasi tersebut akan dilakukan di Nongsa Digital Park, Batam, Kepulauan Riau.

Telkom sendiri berhasil mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 12,45 triliun pada semester pertama 2021, meningkat 13,30% dari periode yang sama tahun lalu dimana perusahaan memperoleh laba bersih sebesar Rp 10,99 triliun.

Kinerja laba yang positif salah satunya didorong oleh kenaikan pendapatan yang tercatat sebesar Rp 69,48 triliun, naik tipis 3,92% secara tahunan dari posisi Juni 2020 lalu yang berada di angka Rp 66,85 triliun.

Kontribusi terbesar pendapatan TLKM masih disumbang dari segmen pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika senilai Rp 39,57 triliun atau lebih dari setengah total pendapatan konsolidasi perusahaan.

MLPT

Tidak mau ketinggalan dengan konglomerasi lainnya, Grup Lippo juga mencoba peruntungan di bisnis pusat data lewat MLPT.

Dikutip dari website perusahaan, MLPT bergerak di bidang IT System Integrator, yani melalui penyediaan layanan dan solusi IT, mulai dari perangkat keras dan layanan integrasinya, sistem aplikasi dan layanan implementasinya, layanan IT Consulting, hingga business process managed services.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan MLPT, perseroan mengaku sedang menjajaki rencana potensi kemitraan melalui anak usahanya, PT Graha Teknologi Nusantara di bisnis data center.

"Saat ini perseroan sedang menjajaki potensi kemitraan untuk anak usaha Perseroan yang bergerak dalam bidang data center, yakni PT Graha Teknologi Nusantara lnformasi lebih lanjut akan diberikan oleh Perseroan setelah ada perkembangan yang materiil," kata Corporate Secretary Multipolar Technology, Wahyudi Chandra, dikutip Senin (14/6/2021)

Sepanjang semester I 2021, MLPT berhasil membukukan laba bersih Rp 88,33 miliar, naik 10,09% secara tahunan dari Rp 80,23 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Seiring dengan itu, pendapatan usaha juga meningkat 3,89% menjadi Rp 1,20 triliun pada 6 bulan pertama tahun ini, dari Rp 1,16 triliun pada semester I 2020.

Lebih rinci, pendapatan dari pos perangkat keras & perangkat pendukungnya masih menjadi andalan perusahaan dengan menyumbang 46,23% dari total pendapatan perusahaan pada semester I atau sebesar Rp 555,38 miliar. Di posisi kedua, ada pos pendapatan jasa teknologi sebesar Rp 313,70 miliar atau 26,11% dari total pendapatan MLPT.

BSDE

Terakhir, sekaligus emiten teranyar yang berkomitmen memasuki bisnis pusat data, BSDE yang disokong Grup Sinar Mas.

Presiden Direktur BSDE, Fransiscus Xaverius RD mengungkapkan, perseroan sudah melakukan pembicaraan dengan beberapa mitra strategis untuk bekerja sama terkait investasi di bisnis data center. Hanya saja, Ridwan belum memberi gambaran lebih lanjut mengenai besaran investasi yang digelontorkan.

"Sudah ada pembicaraan dengan beberapa strategic partner bersama-sama berinvestasi dalam data center," kata Ridwan, dalam Public Expose Live 2021, Selasa (7/9/2021).

(adf/adf)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular