Awas Ketinggalan, BRI Mau Tebar Saham Harga Miring!

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
07 September 2021 11:09
Infografis/ Ini keuntungan holding ultra mikro Bagi pnm & pegadaian/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Ini keuntungan holding ultra mikro Bagi pnm & pegadaian

Tak hanya berpotensi menambah saham BBRI di harga murah, Tim Riset CNBC Indonesia melihat ada banyak potensi yang belum banyak terungkap dari aksi korporasi bank beraset Rp 1.500 triliun, atau yang terbesar di Indonesia ini.

Pertama, dari sisi valuasi. Pasca rights issue, harga tebus BBRI berada di atas nilai buku per sahamnya maka nilai buku BBRI akan melesat kencang sehingga valuasinya dengan menggunakan metrik rasio harga terhadap nilai buku (price to book value/PBV) berpeluang semakin murah.

Kondisi tersebut berpotensi mendorong investor terus mengakumulasi saham perseroan bahkan setelah rights issue tuntas, karena PBV yang rendah tentunya membuat harga saham perseroan secara teoritis menjadi murah dan layak untuk mendapatkan potensi kenaikan (potential upside).

Memang belum diketahui seberapa besar nilai buku BBRI akan naik karena angka ini tentunya akan sangat bergantung pada kesuksesan pengumpulan dana. Akan tetapi jika seluruh HMETD berhasil diserap oleh pasar, maka nilai buku BBRI akan terbang dari angka Rp 1.597/unit menjadi Rp 1.933/unit.

Hal ini akan menyebabkan valuasinya semakin murah yakni dari PBV sebesar 2,44 kali menjadi 2,01 kali. Dengan asumsi valuasi pasar untuk saham BBRI yang sama di angka 2,44 kali, saham BBRI secara teoritis berpeluang melesat 21,33% pasca rights issue ke level Rp 4.720/unit.

Selain itu, aksi korporasi rights issue dalam bentuk inbreng (penyertaan aset) saham PNM dan Pegadaian juga ditawarkan dengan valuasi yang cukup murah. Pasalnya, kedua perseroan tersebut diinbrengkan dengan nilai wajar PBV rata-rata 1,8 kali.

qSumber: Perseroan

Ini artinya para investor publik secara tidak langsung diberi kesempatan untuk "membeli" PNM dan Pegadaian di harga yang cenderung murah. Ketika mereka mengekusi rights-nya, maka mereka tak hanya memiliki saham BRI melainkan juga saham PNM dan Pegadaian. Ibarat sekali merengkuh dayung, tiga pulau terlewati.

Terakhir dan yang terpenting adalah dana hasil aksi korporasi ini digunakan untuk berekspansi. Aksi korporasi ini memiliki nilai strategis karena memungkinkan BRI menggarap pasar ultra mikro (bernilai kredit Rp 5 jutaan/nasabah) yang bank manapun di Republik ini tak mampu garap.

Menurut kajian perseroan, pasar ultra mikro jumlahnya mencapai 45 juta klien atau nasabah. Namun sayang, yang baru tergarap oleh perbankan hanyalah 15 juta, sementara lembaga non-formal menggarap 12 juta. Sebanyak 18 juta belum tergarap sama sekali.

(ags/ags)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular