Total Capex 2021 Rp 4 T, Adaro Siap Geber Bisnis EBT
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tambang baru bara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) lewat anak usahanya PT Adaro Power tertarik untuk secara aktif menyiapkan tender-tender pembangkit listrik yang digelar PT PLN (Persero), termasuk proyek pembangkit berbasiskan energi baru terbarukan (EBT).
Selain itu, anak usahanya PT Adaro Tirta Mandiri (Adaro Water) juga siap mengembangkan proyek-proyek baru. Tak hanya berbasis kerja sama pemerintah dan badan usaha (public private partnership/PPP), non-PPP, maupun akuisisi.
"Jadi intinya kami tertarik [masuk EBT] dan sudah ada beberapa inisiatif yang kami jalankan," kata Presiden Direktur Adaro Power, Dharma Djojonegoro, dalam Public Expose Live 2021, Senin kemarin (6/9/2021).
"Contoh, sudah ada MoU [nota kesepahaman] meneliti potensi green hidrogen, di sisi lain banyak menaruh pembangkit listrik renewable baik melistriki kegiatan operasional kami, contoh kami sudah mau selesaikan solar power plant di Kelanis [Barito Selatan, Kalteng] kapasitas 0,5 MW, ini akan menjadi salah satu yang terbesar. Kami juga siapkan tender-tender salah satu kami konsorsium tender. Lalu Adaro Water juga ada operasi banyak dan aktif mencari proyek-proyek baru," jelasnya.
Berdasarkan dokumen Public Expose Live 2021, Adaro Water saat ini sedang dalam proses untuk mencapai keunggulan operasional melalui peningkatan berkelanjutan dalam operasionalnya.
"Dari sisi konstruksi, Adaro Water terus memastikan bahwa proyek dapat mencapai tujuannya dalam hal jadwal, anggaran dan kualitas. Dari pengembangan bisnis perspektif, Adaro Water terus aktif mencari proyek-proyek baru melalui PPP, non PPP dan akuisisi," tulis manajemen Adaro dalam dokumen tersebut.
Secara rinci, untuk Adaro Water ada beberapa proyek di antaranya Dumai Tirta Persada (lokasi di Dumai, Riau, porsi saham Adaro Water 49%), Adaro Wamco Prima (lokasi di Tanjung, Kalsel, porsi 60% saham), Drupadi Tirta Intan (Banjar, Kalsel, 100% saham), Drupadi Tirta Gresik (Gresik, Jatim, 100% saam), dan Adaro Tirta Mentaya (di Sampit, Kalteng, porsi saham 90%).
Tahun ini, ADRO menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 200 juta - US$300 juta, atau setara dengan Rp 2,8 triliun hingga Rp 4,2 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Tahun lalu, ADRO memproduksi 54,53 juta ton batu bara, atau turun 6% year-on-year (yoy) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan sebesar 52-54 juta ton.
Adapun volume penjualan batu bara tercatat mencapai 54,14 juta ton, atau turun 9% yoy. Sementara itu nisbah kupas tahun 2020 tercatat 3,84 kali, lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,30 kali, akibat cuaca yang kurang baik hampir di sepanjang tahun.
Untuk ringkasan panduan Adaro Energy 2021 yakni produksi batu bara ditargetkan 52 juta ton - 54 juta ton, nisbah kupas 4,8 kali, EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) operasional US$ 750 juta - US$ 900 juta atau setara dengan Rp 11-13 triliun.
Semester I
Adaro membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk di semester I-2021 sebesar US$ 169,96 juta atau sekitar Rp 2,43 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.
Perolehan laba bersih tersebut meningkat 9,58% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 155,09 juta atau Rp 2,21 triliun.
Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha bersih 15% menjadi US$ 1,45 miliar dari sebelumnya US$ 1,36 miliar. Beban pokok penjualan mengalami kenaikan 2% menjadi US! 1,06 miliar dari sebelumnya US$ 1,04 miliar.
Dengan demikian laba kotor Adaro sepanjang semester pertama tahun ini sebesar US$ 499 juta atau naik 55% dari tahun lalu US$ 323 juta dengan EBITDA operasional naik 36% menjadi US$ 635 juta dari sebelumnya US$ 465 juta.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, mengatakan, suplai yang ketat di pasar batu bara mendorong kenaikan dan menopang harga batu bara yang tinggi pada periode laporan ini. Akibat hambatan suplai, negara-negara penyuplai utama batu bara tidak mampu memenuhi permintaan yang tinggi berkat pemulihan ekonomi yang terkait dengan kondisi pandemi.
"Harga batu bara mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dan dengan demikian memungkinkan AE membukukan profitabilitas yang baik pada periode ini," kata Boy Thohir, dalam keterangan resmi, Selasa (31/8/2021).
Walaupun kondisi pasar membaik, kata dia, Adaro Energy akan terus mempertahankan disiplin dan fokusnya pada keunggulan operasional serta efisiensi di sepanjang rantai pasokan batu baranya yang terintegrasi secara vertikal.
Dari sisi produksi, selama 6 bulan pertama, ADRO memproduksi 26,49 juta ton batu bara, atau 3% lebih rendah secara tahunan dan penjualan batu bara pada pada periode yang sama tercatat 25,78 juta ton, atau turun 5% secara tahunan.
(tas/tas)