Saham Emiten Komoditas Jadi Hot Property, Ini Pilihannya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
06 September 2021 18:15
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten komoditas cenderung bergerak variatif pada perdagangan hari ini meski masih dalam tren turun. Namun ke depan, ada harapan prospek saham emiten komoditas bakal cerah.

Berikut ini tabel kinerja saham-saham komoditas secara harian, mengacu data BEI:

Emiten

Ticker

Harga Terakhir

% Sesi 1 Hari Ini

Karakatau Steel (Persero)

KRAS

540

4.85

Elnusa

ELSA

288

3.59

Perusahaan Gas Negara

PGAS

1095

3.30

Merdeka Copper Gold

MDKA

2860

2.14

Bukit Asam

PTBA

2310

0.87

Adaro Energy

ADRO

1365

0.73

Astra Agro Lestari

AALI

8650

0.28

Indika Energy

INDY

1410

0.00

Dharma Satya Nusantara

DSNG

520

0.00

Indo Tambangraya Megah

ITMG

16875

-0.29

PP London Sumatra Indonesia

LSIP

1095

-0.90

Medco Energi Internasional

MEDC

494

-1.20

Menurut data di atas, dari 12 saham yang diamati, 7 di antaranya menguat, 2 saham stagnan, dan 3 sisanya melemah. Sektor energi memimpin penguatan dengan KRAS menjadi saham teratas. Kemudian diikuti ELSA, PGAS, dan MDKA. Sedangkan MEDC berada di urutan bontot dengan penurunan harga 1,2% dibanding penutupan perdagangan akhir pekan kemarin.

Hingga kini, mayoritas harga saham komoditas masih dalam tren pelemahan sejak Januari 2021. Hal ini bertolak belakang dengan harga komoditas yang terus melesat seperti batu bara yang terus menembus harga tertinggi sepanjang masa (all time high).

Riset dari DBS Grup memprediksi bahwa kenaikan harga komoditas masih akan terus terjadi hingga akhir tahun 2021 dan tentunya lebih tinggi dari harga pada 2020.

"Harga komoditas rata-rata pada tahun 2021 akan berakhir secara signifikan lebih tinggi dari tahun 2020," tulis DBS dalam risetnya.

Halaman Selanjutnya --> Tiga Alasan Mengoleksi Saham Emiten Komoditas

Komoditas yang menjadi unggulan dalam riset DBS adalah logam, energi, dan pertanian. Setidaknya ada 3 alasan utama mengapa DBS merekomendasikan re-buy untuk saham komoditas.

Pertama, pemulihan ekonomi global dari titik terendahnya pada 2020 membuat permintaan komoditas meningkat tajam tahun ini. Terdorong oleh pemulihan China dan rencana pembangunan infrastruktur besar-besaran oleh Amerika Serikat (AS).

Kedua, kebijakan moneter dan fiskal ekspansif serta stimlus yang digelontorkan oleh pemerintah di seluruh dunia mendorong ekspektasi inflasi. Akibatnya, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi lebih lemah yang sangat positif untuk harga komoditas.

Ketiga, pasokan yang masih terbatas terutama komoditas logam dan pertanian karena pengetatan aktifitas dalam upaya menekan kasus Ccovid-19. Selain itu masalah distribusi dan cuaca juga membuat langka komoditas sehingga mengerek harga komoditas.

bursaSumber: DBS

Jika dilihat dari tabel di atas, secara tahun berjalan (year-to-date/YTD), harga komoditas baja acuan HRC memimpin kenaikan harga komoditas dari awal tahun ini hingga kini, harga baja HRC sudah melesat hingga 79% ke harga US$ 1.100/ton, per 11 Juni 2021.

Sedangkan kenaikan harga yang paling terendah dari awal tahun 2021 hingga kini terjadi di komoditas nikel acuan LME, yakni baru melesat 10% ke harga US$ 18.205/ton.

Harga mayoritas komoditas pada akhir tahun 2021 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun 2020. Namun pada tahun 2022, harga komoditas akan kembali menurun, meskipun masih lebih tinggi dari harga di tahun 2020.

Pemulihan ekonomi diharapkan menjadi booster bagi emiiten komoditas. Karena ketika aktivitas ekonomi pulih, permintaan komoditas akan meningkat. Sehingga volume penjualan dan tingkat produksi komoditas juga meningkat.

Halaman Selanjutnya --> Cek Saham-saham Pilihan DBS

Terkhusus bagi saham-saham di Indonesia, DBS merekomendasikan 'buy' saham pertambangan batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Di saham ADRO, DBS merekomendasikan buy dengan Target Price (TP) di harga Rp 1.600/unit, dengan potential upside sebesar 38%. Sementara di saham ITMG, DBS merekomendasikan buy di harga TP Rp 16.000/unit, dengan potential upside sebesar 25%.

Kinerja fundamental ADRO pada semester-I 2021 memuaskan. Laba inti ADRO pada semester-I 2021 naik 45% year-on-year (y-o-y) dibanding semester-I 2020 menjadi US$ 330 juta.

ADRO meraih pendapatan US$ 1,56 juta. Naik 14,7% year-on-year (y-o-y) dibanding semester-I 2020. Pendapatan ADRO ini mencapai 50% dari konsensus pendapatan pada tahun 2021 yang dihimpun Refinitiv.

Kenaikan pendapatan ADRO ditopang oleh harga batu bara yang melesat. Harga jual rata-rata ADRO sepanjang semester-I 2021 sebesar US$ 58/ton. Naik 24.6% y-o-y dibanding semester-I 2020.

Dengan harga jual tersebut, ADRO berhasil menjual 27.13 metric tin (mt) sepanjang semester-I 2021. Produksi ADRO pada semester-I 2021 turun 3% y-o-y dibanding semester-I 2020.

Kemudian ada ITMG, yang pada semester-I 2021 membukukan laba periode berjalan sebesar US$ 117,6 juta naik 312% y-o-y dibanding semester-I 2020. Laba jumbo yang didapatkan ITMG karena perusahaan berhasil melakukan efisiensi dengan menekan beban pokok penjualan hingga 19,6% y-o-y. Sehingga marjin laba kotor semester-I 2021 menjadi 33,6% naik dibanding semester-I 2020 sebesar 14.3%.

Pendapatan yang berhasil diraih sebesar US$ 676 juta. Naik 3,6% y-o-y dibanding semester-I 2020. Pendapatan ITMG ini mencapai 41% dari konsensus pendapatan pada tahun 2021 yang dihimpun Refinitiv.

Kenaikan pendapatan ITMG ditopang oleh harga batu bara yang melesat. Harga jual rata-rata ITMG sepanjang semester-I 2021 sebesar US$ 74/ton. Naik 34% y-o-y dibanding semester-I 2020.ADRO berhasil menjual 9.0 metric tin (mt) sepanjang semester-I 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular